Waspada

gemuru yang mulai lenyap
di saat purnama mulai memuncak
sepi, diam, dan tanpa rona
bahasa yang tak dipahami

jiwa bertanya-tanya
adakah asa yang kan kandas
tiada hari tanpa bertanya
tanya dan tanya dalam jiwa

sesaat semua kan jadi nyata
bulan purnama yang kan menyusut
waktu ku belum usai
saat semua jadi nyata
WASPADA

Sajak Rindu

di sini, di sudut kota ini
ku berharap, kau kan menjamputku
mengatakan cintamu
menepati janjimu

sampai detik ini, ku masih merindukanmu "Casuaku"

Sajak Oktober

Pagi ini kududuk sendiri
di bangku taman pustaka
angin membelai wajahku
seraya berkata "Selamat pagi Gadisku"

Taman yang dulu Indah
semakin indah, saat kau menghampiriku
wajahku yang sayu seraya panas seperti mentari terik di siang hari
inikah asmara lama yang mulai hadir?
di saat semua hampa mulai beranjak indah

RETORIKA MODERN

RETORIKA

Retorika Modern Pendekatan Praktis
Karya
Jalalluddin Rahkmat



BAB IV
TAHAP PENYAMPAIAN PIDATO

            Kecemasan berkomunikasi adalah batu sandungan yang besar bagi pembicara. Kecemasan berkomunikasi menghilangkan kepercayaan diri. Kecemesan berkomunikasi amat mempengaruhi kredibilitas komunikator. Betapa pun bagusnya pesan yang Anda sampaikan, betapa pun sistematismenya organisasi pesan yang Anda buat, tanpa kepercayaan diri dan kredibilitas, Anda akan kehilangan pengaruh dan pendengar sekaligus.
A.  Membangun Kepercayaan Diri dan Kredibilitas
1.    Kecemasan Berkomunikasi: Diagnosis
            Banyak istilah digunakan untuk menamai gejala ini; demam panggung (stage fright), kecemasan bicara (speech anxiety), atau yang lebih umum stres kerja (performance stress). Misalnya, seseorang yang cemas ketika akan diwawancarai. Berikut ini daftar gejala yang dirasakan mereka:
a.    detak jantung yang cepat
b.    telapak tangan atau punggung berkeringat
c.    napas terengah-engah
d.   mulut kering dan sukar menelan
e.    ketegangan otot dada, tangan, leher, dan kaki
f.     tangan atau kaki bergetar
g.    suara bergetar dan parau
h.    berbicara cepat dan tidak jelas
i.      tidak sanggup mendengar atau konsentrasi
j.      lupa atau ingatan hilang
Menurut para psikolog, semua gejala itu adalah reaksi alamiah kepada ancaman. Perilaku yang didaftar di atas itu disebut sebagai sindrom mekanisme penyesuaian (general adaptation syndromes).
2.    Sebab-sebab Kecemasan Komunikasi
            Orang mengalami kecemasan komunikasi (untuk selanjutnya disebut KK) karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
a.    Tidak tahu apa yang harus dilakukan, maksudnya ia tidak tahu bagaimana cara memulai pembicaraan. Maka, di sinilah pentingnya pengetahuan tentang retorika.
b.    Orang menghindari KK karena tahu akan dinilai.
c.    KK dapat menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang yang terkenal sebagai pembicara yang baik.

3.    Metode Mengendalikan KK
            Ada dua metode pengendalian KK. Pertama, metode jangka panjang, yaitu ketika kita secara berangsur-angsur mengembangkan keterampilan mengendalikan KK dengan tiga sebab di atas. Kedua, metode jangka pendek, yaitu ketika kita harus segera mengendalikan KK pada waktu (atau sebelum) menyampaikan pidato. Dengan demikian, metode pertama maksudnya proses belajar yang panjang, sedangkan yang kedua adalah pintu darurat (emergency door) ketika akan berpidato.
            Rudolph E Busby dan Randall E. Majors (dalam Rakhmat, 2006:70), memberikan “resep” yang disebut metode jangka pendek, yaitu sebagai berikut.
a.       Hadapilah gejalah dengan teknik-teknik relaksasi.
b.      Tanamkan keberanian dan tersenyum kepada audien.
c.       Memancing respon hadirin pada permulaan bicara.

4.    Komponen-komponen Kredibilitas
Apa yang disebut ethos oleh Aristoteles, dinamakan kredibilitas oleh pakar komunikasi sekarang. Kredibilitas yang timbul selama pembicara pidato disebut dengan derived credibility, sedangkan akhir dari kredibilitas disebut dengan terminal credibility. Kredibilitas tidak melekat pada diri pembicara. Kredibilas terletak pada persepsi khalayak tentang pembicara.
Kredibilitas itu berdasarkan persepsi khalayak tentang komunikator, jadi kredibilitas dapat dibentuk atau dibangun. Kita dapat membangun kredibilitas pembicara dari informasi yang kita peroleh dari orang atau sahabat, media massa atau sumber-sumber yang dapat dipercaya, dan dari pengamatan langsung  terhadap komunikator. Seorang komunikator juga bisa membangun kredibilitasnya dengan meminta bantuan orang lain; “merekayasa”.
5.    Membangun Kredibilitas
Menurut Rahkmat (2006:73), ada lima komponen dalam membangun kredibilitas, yaitu sebagai berikut.
a.    Otoritas, maksudnya pembicara memiliki keahlian tentang apa yang diutarakannya.
b.    Good sense, maksudnnya pembicara memperlakukan pendengar sebagai rekan, saudara, atau mitra dalam mencari kebenaran.
c.    Good character, maksudnya pembicara memiliki akhlak yang baik (kejujuran, integritas, dan ketulusan).
d.   Good will, maksudnya pembicara berasumsi bahwa ia adalah bagian dari pendengar.
e.    Dinamisme, maksudnya pembicara menampakkan ekspresi fisikal dari komitmen psikologis yang sesuai dengan topik.
Selanjutnya, Rakhmat (2006:76), menyatakan secara singkat, bahwa dalam membangun kredibilitas, kita perlu mengetahui bagaimana orang lain menilai kita. Kredibilitas adalah hasil penilaian orang lain tentang diri kita, setelah mereka menerima informasi tentang kita langsung atau tidak. Glenn R. Capp dan G. Richard Capp, Jr. Dalam Basic Oral Communication (dalam Rakhmat, 2006:76) menjelaskan bagaimana Anda dinilai orang lain, yaitu sebagai berikut.
a.    Anda dinilai antara lain dari reputasi yang mendahului Anda.
b.    Anda dinilai antara lain dari perkenalan tentang Anda.
c.    Anda dinilai antara lain dari apa yang Anda ucapkan.
d.   Anda dinilai dari cara Anda berkomunikasi.
e.    Anda dinilai dari pernyataan-pernyataan yang menyatakan ethos.

B.  PRINSIP-PRINSIP PENYAMPAIAN PIDATO
Menurut Rahkmat (2006:78) semua orang dapat menyampaikan pidato dengan baik apabila mereka mengetahui dan mempraktekkan tiga prinsip panyampaian pidato, yaitu sebagai berikut.
1.    Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak).
2.    Gunakan lambang-lambang auditif atau usahakan agar suara Anda memberikan makna yang lebih kaya pada bahasa Anda (olah vokal).
3.    Berbicaralah dengan seluruh kepribadian Anda dengan wajah, tangan, dan tubuh Anda (olah visual).








BAB V
PIDATO INFORMATIF

Pidato informatif bertujuan untuk menyampaikan informasi. Khalayak diharapkan mengetahui, mengerti, menyampaikan informasi itu. Ehninger, Monreo, dan Gronbeck (dalam Rahkmat) menyebutkan ada tiga macam pidato informatif, yaitu oral reports (laporan lisan), oral instruction (pengajaran), dan informative Lecture (kuliah). Namun, apapun jenisnya, pidato informatif merupakan upaya untuk menanamkan pengertian. Oleh karena itu, secara keseluruhan pidato informatif harus jelas, logis, dan sistematis. Dalam bab ini akan membicarakan pidato informatif dari segi isi pesan, organisasi pesan, teknik pengembangan bahasan, dan teknik penyajian.
A.  Isi Pesan
Supaya isi pesan itu mudah dipahami dan mudah diingat, Ehninger dkk. (dalam Rahkmat, 2006:89-91) Menyarankan hal-hal berikut.
1.      Gagasan utama tidak boleh terlalu banyak.
2.      Jelaskanlah istilah-istilah yang aneh dan kabur.
3.      Atur kecepatan menyajikan informasi.
4.      Jelaskan perpindahan pokok pembicaraan.
5.      Gunakan data konkret – jaringan abstrak.
6.      Hubungan yang tidak diketahui dengan yang diketahui.
7.      Masukkan bahan-bahan yang menarik perhatian.

B.  Organisasi Pesan
Menurut Monreo (dalam Rahkmat, 2006:92) pidato informatif hanya mempunyai tiga tahap, yaitu perhatian, kebutuhan, dan pemuasan. Berikut uraian lebih rinci mengenai ketiga hal ini.
1.    Tahap Perhatian
Pada tahap ini Anda harus menarik perhatian pendengar. Anda harus memusatkan perhatian yang terbagi kepada pokok bahasan yang Anda sampaikan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada tahap perhatian, yaitu menarik perhatian, menunjukkan topik, menghubungkan topik dengan pendengar, membangun kredibilitas, dan menjelaskan susunan pembicaraan (semacam “Daftar Acara” untuk pidato Anda).

2.    Tahap Kebutuhan
Pada tahap kebutuhan, Anda menjelaskan mengapa informasi yang akan Anda sampaikan itu penting bagi khalayak. Mengapa mereka perlu mengetahuinya. Bagi khalayak yang baru pertama kali mendengar topik, maka pembicara melakukanlah empat cara, yaitu sebagai berikut.
a.    Pernyataan, tunjukkan pentingnya pokok bahasan dan perlihatkan bagaimana mereka perlu lebih banyak tahu tentang pokok tersebut.
b.   Ilustrasi, berikan beberapa contoh, permisalan, anekdot yang menonjolkan kebutuhan pendengar.
c.    Peneguhan, sajikan fakta, angka, dan kutipan tambahan untuk lebih meyakinkan pendengar.
d.   Penunjukan, perlihatkan bahwa pokok pembicaraan berkaitan dengan kepentingan, kesejahteraan, dan keberhasilan khalayak.

3.    Tahap Pemuasan
Tahap ini dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a.    Ikhtisar pendahuluan berisi pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan kepada khalayak yang bertujuan untuk membantu khalayak memperoleh gambaran menyeluruh tentang isi pembicaraan kita.
b.   Informasi terinci berupa ulasan tentang pokok-pokok pembicaraan yang dijelaskan satu per satu.
c.    Ikhtisar akhir berupa penyebutan kembali hal-hal yang sudah Anda bicarakan.

C.  Teknik Pengembangan Bahasan
Dalam memilih teknik-teknik pengembangan bahasan, ada dua faktor penting, yaitu faktor informatif dan faktor penarik perhatian. Dengan kata lain, pesan yang disajikan harus kaya dengan informasi dan dapat menarik perhatian. Secara singkat Rahkmat (2006:94) mengutif Rudolph E. Busby dan Randall E. Majors menyatakan teknik pengembangan bahasan, yaitu sebagai berikut.
1.    Menarik Perhatian
a.    Gunakan hentian panjang untuk memusatkan perhatian
b.    Ajukan pertanyaan retoris
c.    Pancing jawaban dari pendengar
d.   Kutip statistik yang mengejutkan
e.    Ceritakan kisah atau anekdot
f.     Buat humor
2.    Mengumumkan Topik
a.    Sebutkan topik secara langsung
b.    Dekati topik secara tidak langsung dari cerita hipotesis
3.    Menegaskan Relevansi
a.    Menjelaskan mengapa Anda memilih topik
b.    Tunjukkan bagaimana topik mempengaruhi khalayak
c.    Perlihatkan bagaimana khalayak dapat menggunakan informasi
d.   Nyatakan bagaimana khalayak dapat menarik keuntungan
e.    Hubungan dengan situasi pembicara atau acara yang sedang berlangsung
4.    Membangun Kredibilitas
a.    Tegaskan siapa Anda
b.    Jelaskan alasan pribadi mengapa Anda bicara
c.    Tunjukkan latar belakang yang relevan dengan topik
d.   Perlihatkan pengetahuan dan pengalaman
e.    Perlihatkan good sense dan good will
f.     Tampakkan semangat dalam suara dan cara
5.    Menyusun Pesan
a.    Sebutkan cakupan yang akan dibahas
b.    Tunjukkan susunan pokok bahasan
c.    Gunakan perpindahan gagasan yang jelas

BAB VI
PIDATO PERSUATIF
A.  Teknik-teknik Persuasi
Tidak ada teknik persuasi yang berlaku di mana saja, kapan saja, dan untuk apa saja. Waktu, situasi, dan khalayak sangat menentukan pemilihan teknik persuasi. Rahkmat (2006:98-102) dengan mengutip Ehninger, Monroe, dan Gronbeck merinci teknik-teknik persuasi berdasarkan jenis khalayak, yaitu sebagai berikut.
1.    Khalayak Tak Sadar
Kadang-kadang pendengar Anda tidak sadar akan adanya masalah atau tidak tahu bahwa perlu mengambil keputusan. Bila begini, persoalannya, Anda dapat menggunakan langkah-langkah urutan bermotif (motivated sequence), yaitu sebagai berikut.
a.    Tahap perhatian, bangkitkan minat khalayak dengan ilustrasi faktual, kutipan yang tepat, atau dengan beberapa fakta dan angka yang mengejutkan. Akan tetapi, Anda harus melakukannya dengan hati-hati.
b.    Tahap kebutuhan, sajikan sejumlah besar fakta, angka, dan kutipan yang ditunjukkan untuk memperlihatkan bahwa memang benar-benar ada masalah.
c.    Tahap pemuasan, visualisasi, dan tindakan. Mengingat pentingnya relevansi masalah yang sudah ditunjukkan, kembangkanlah tahap pemuasan, visualisasi, dan tahap tindakan seperti yang digunakan pada bab IV.
2.    Khalayak Apatis
Berbeda dengan khalayak pertama, khalayak apatis tahu ada masalah, tetapi mereka acuh tak acuh saja. Mereka berkata, “Apa urusannya dengan aku?”, “Memang aku harus mencemaskannya?”. Jelaslah, bagi orang-orang seperti itu bahwa tujuan Anda adalah membuat mereka sadar bahwa yang kita bicarakan itu betul-betul mempengaruhi mereka. Langkah-langkah yang Anda gunakan, yaitu sebagai berikut.
a.    Tahap perhatian, singkirkan sikap apatis dan ketidakpedulian mereka dengan menyentuh secara singkat beberapa hal yang berkaitan dengan kepentingan pendengar.
b.    Tahap kebutuhan, apabila sudah tumbuh perhatian, lanjutkanlah dengan menunjukkan secara langsung dan dramatis bagaimana masalah tersebut mempengaruhi setiap orang yang hadir.
c.    Tahap pemuasan, dalam membangun tahap pemuasan, tegaskan kembali bagaimana usulan atau pemecahan yang Anda tawarkan berpengaruh langsung pada kepentingan pendengar sendiri atau keluarga atau sejawat mereka.
d.   Tahap visualisasi dan tindakan, visualisasikan secara jelas keuntungan yang akan diperoleh khalayak, sekiranya mereka menerima gagasan Anda; dan kerugian besar jika mereka tetap tidak mengacuhkannya. Berdasarkan visualisasi ini, mintalah kepada mereka untuk mempelajari masalah ini atau untuk bertindak mengatasinya.
3.    Khalayak yang Tertarik tetapi Ragu
Sebagian khalayak tahu dan sadar akan adanya masalah; tahu bahwa perlu mengambil keputusan, tetapi mereka masih meragukan keyakinan yang harus mereka ikuti atau tindakan yang harus mereka jalankan. Untuk mengatasi keraguan, maka gunakanlah langkah-langkah, yaitu sebagai berikut.
a.    Tahap perhatian, fokuskan perhatian hanya kepada hal-hal yang pokok-pokok saja.
b.    Tahap kebutuhan, tinjaulah latar belakang munculnya masalah. Kemudian, buatlah kriteria atau pedoman yang harus dipenuhi dalam mengambil keputusan yang tepat.
c.    Tahap pemuasan, inilah bagian pidato Anda yang paling panjang yang berisi usulan atau tunjukkan secara ringkas rencana tindakan yang harus dilakukan dan definisikan istilah-istilah yang kabur atau menimbulkan berbagai penafsiran.
d.   Tahap visualisasi, lakukan langkah ini singkat saja dibandingkan dengan bagian pidato lain. Gunakan bahasa yang hidup dan persuasif, tetapi jangan berlebih-lebihan.
e.    Tahap tindakan, nyatakan kembali dengan bahasa yang jelas dan kuat, usulan, anjuran atau rencana yang Anda canangkan.

4.    Khalayak yang Bermusuhan
Kadang-kadang khalayak sadar bahwa ada problem atau bahwa ada masalah yang harus diatasi, tetapi mereka menentang usulan yang Anda ajukan. Penentangan ini boleh saja terjadi karena takut akan akibat yang tidak dikehendaki atau lebih menyukai alternatif lain dari pada yang Anda tawarkan.  Apa pun kejadiannya, bila tujuan Anda adalah mengatasi keberatan-keberatan khalayak dan mengupayakan agar mereka menerima gagasan Anda, ikutilah urutan bermotif berikut ini.
a.    Tahap perhatian, karena Anda tahu khalayak memusuhi usulan Anda, pertama kali, usahakan untuk menyambungkan “persahabatan” dengan khalayak Anda dan menjadikan mereka mau mendengar.
b.    Tahap kebutuhan, capailah kesepakatan pada prinsip-prinsip atau keyakinan-keyakinan. Gunakan prinsip-prinsip ini sebagai kriteria untuk mengukur kebenaran proposisi yang Anda kemukakan. Atau, kembangkanlah tahap ini, seperti Anda melakukannya untuk khalayak yang masih ragu.
c.    Tahap visual dan tindakan, sekiranya, anda berhasil sampai di sini, para pendengar sudah berada dalam posisi khalayak yang tertarik dengan masalah yang dibicarakan, tetapi masih ragu. Pengembangan pidato Anda tidak berada dari pola pidato sebelumnya (khalayak ragu), tetapi berilah tekanan lebih banyak pada visualisasi atau keuntungan-keuntungan.

B.  Menetapkan Daya Tarik Motif
Motif adalah kondisi intern yang mengatur dan menggalakkan tingkah laku menuju arah tertentu. Daya tarik yang dapat menimbulkan kondisi intern tersebut kita sebut daya tarik motif (motive appeals). Berikut ini uraian mengenai motif dan daya tarik motif.
1.    Biologis
a.    Lapar dan dahaga  : kenikmatan, kesenangan, dan kemewahan
b.    Lelah                      : rekreasi, permainan, pelepasan dari ketegangan
c.    Seks                       : daya tarik seks, perkosaan, penistaan
d.   Keselamatan          : kesehatan, keamanan, perlindungan, ketentraman
2.    Psikologis
a.    Organisme
1)   Ingin tahu          : Pengetahuan, pengalaman, petualangan, variasi
2)   Prestasi              :Perjuangan, kemampuan, ambisi, kreasi, hasrat membangun
b.    Sosial
1)   Kasih sayang     : kesetiaan, kekeluargaan, simpati, rasa belas, hasrat meniru,
2)   Harga diri          : kebanggaan, kemuliaan
3)   Kekuasaan         : kekuatan, paksaan, pengaruh kebebasan
c.    Transedental
1)   Rasa agama        : pemujaan, kesucian, mirakel, kegaiban, kepercayaan
2)   Nilai filosofis     : keindahan, keagungan, keadilan, kebenaran

1.    Menggunakan Daya Tarik Motif
Untuk menggunakan daya tarik motif ini dalam pidato, hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
a.    Tidak ada daya tarik motif yang paling baik. Semuanya baik, asalkan sesuai dengan situasi dan khalayak yang dihadapi. Motif biologis amat cocok bagi khalayak yang kebutuhan hidupnya belum mencukupi, tetapi motif prestasi baru cocok untuk tingkatan masyarakat yang lebih tinggi. Di kalangan umat beragama transedental lebih tepat lagi.
b.    Dari sejumlah motif itu, ambillah motif utama saja. Motif-motif lainnya hanya dipergunakan sebagai penunjang pada motif tersebut. Dalam istilah psikologi, motif ini disebut central organizing motive (COM). Bila ahli pidato ingin menanamkan kesetiaan kepada kelompoknya, ia mungkin menonjolkan hubungan kesetiaan ini dengan kebanggaan (motif biologis). Akan tetapi, motif utamanya tetap sama: kesetiaan.



2.    Unsur Emosi sebagai Intensifikasi Daya Tarik Motif
Menuru J.B. Watson (dalam Rahkmat, 2006:106) semua emosi merupakan hasil proses belajar, kecuali tiga, yaitu takut, berang, dan cinta. Lebih lanjut, Emil Dofivat (dalam Rahkmat, 2006:106-108) menyatakan ada tujuh penggerak emosi, namun dalam buku ini hanya dibahas enam penggerak emosi, yaitu sebagai berikut.
a.    Kebencian
Kebencian dengan rekan-rekannya, iri hati, kedengkian, kemarahan, dan dendam memegang peranan utama dalam menggerakkan manusia. Menurut Max Scheler (dalam Rahkmat, 2006:106) secara psikologis kebencian adalah alat perangsang yang mutlak untuk membangkitkan semangat berjuang. Kebencian tidak selalu jelek, bergantung dari objek yang dibencinya dan kerangka etis yang mendasarinya.
b.    Rasa Belas
Rasa belas dapat dibangkitkan dengan menonjolkan penderitaan korban, mendramatisasikan kepahlawanan atau menonjolkan suasana tidak berdaya. Digabungkan dengan kebencian, rasa belas ini menimbulkan kengerian. Dikombinasikan dengan nilai yang tinggi, rasa belas dapat menghasilkan semangat yang berkobar.
c.    Unsur Seks
Unsur seks dapat ditampakkan dalam bermacam-macam cara. Pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia sudah tidak diragukan lagi. Sigmund Freud bahkan menganggap bahwa unsur seks terdapat dalam seluruh kegiatan manusia sejak kesenian, pengetahuan, politik, ..., bahkan agama. Dengan menyertakan tata nilai, unsur seks dapat menimbulkan kebencian luar biasa. Perkosaan terhadap rekan satu kelompok dapat membakar kemarahan kelompok tersebut.
d.   Hasrat Menonjol
Sebagai individu, manusia ingin “lebih” dari orang lain. Sebagai kelompok ia pun ingin menonjol dari kelompok yang lain. Dalam taraf bangsa, hasrat menonjol ini dapat menimbulkan Chauvinisme (dari segi negatif) atau kepahlawanan (dari segi positif). Pemujaan pada agamanya, kelompoknya, pemimpinnya atau keyakinan hidupnya merupakan ungkapan hasrat menonjol manusia.
e.    Dasar Kesusilaan
Manusia memiliki nilai-nilai batiniah yang tinggi, yang untuk itu ia rela mengabdi dan berjuang. Ia ingin berbuat sesuatu yang “berarti” dalam hidupnya di dunia ini. Untuk itu, ia memerlukan tujuan yang mungkin berupa kehidupan bahagia di akhirat, masa depan yang gemilang, tegaknya keadilan dan kebenaran, atau terwujudnya masyrakat yang tentram.
f.     Dorongan Penglepasan Etis
Dalam teori persuasi modern, penglepasan etis ini dapat disalurkan melalui mekanisme penyesuaian, seperti rasionalisme, kompensasi, proyeksi, represi, kontraposisi, identifikasi, fantasi, dan negatifisme.

3.    Faktor Penentu Kepribadian (Personality Determinants)
Usaha untuk mencari faktor-faktor yang menentukan kepribadian manusia sudah lama dilakukan sejak ribuan tahun yang silam. Zaman dahulu orang tua menghubungkan kepribadian dengan hari dan tanggal kelahiran, letak tahi lalat pada tubuh, atau tanda-tanda jasmaniah lainnya. Akan tetapi, teori kepribadian yang tertua dikemukakan oleh Hipocrates, bapak kedokteran yang hidup kira-kira 460 SM. Dalam uraian Galen (dalam Rahkmat, 2006:108), teori ini menyatakan bahwa kepribadian manusia ditentukan oleh empat macam cairan dalam tubuhnya. Bila cairan darah yang dominan, maka Anda bersifat riang, gembira, optimis, dan lincah. Cairan hitam menyebabkan pribadi yang melankolis, muram, dan penyedih. Cairan kuning  menjadikan  orang mudah tersinggung dan pemarah. Anda akan bersifat flegmatis, lambat, alon-alon, dan malas kalau tubuh Anda dikuasai lendir (phelgm).
Tentu saja teori ini sama tak ilmiahnya dengan teori kepribadian Alwasim dukun kampung. Hubungan antara bentuk tubuh dengan kepribadian yang lebih ilmiah dinyatakan oleh Ernst Kretschmer, Sheldon, Stevens, dan Tucker (dalam Rahkmat, 2006:108-109). Pertama, Sheldon cs. menyatakan manusia dapat digolongkan dalam tiga kategori: endomorfi, mesomorfi, dan ekstomorfi. Orang endomorfi berkulit halus, licin, pendek besar dengan perut yang bundar dan kepala yang biasanya botak di tengah. Endomorfi bersifat peramah, riang, senang bergaul, suka makan, dan mudah menyesuaikan diri. Orang mesomorfi memiliki tubuh yang tegap, atletis, dan biasanya jangkung dengan dada yang lebar, otot-ototnya yang kuat menyebabkan mesomorfi bersifat berani, bebas, ambisius, avonturir, dan senang bertarung. Orang ekstomorfi adalah orang-orang pemikir, senang menyendiri, mudah tersinggung. Oleh karena itu tubuhnya kurus, tinggi dengan kulit yang tipis dan kering.
Teori Scheldon cs. tidak semudah seperti yang dinyatakan. Selanjutnya, teori yang berhubungan dengan retorika adalah teori yang dikemukakan oleh Khulchohn dan Murray (dalam Rahkmat, 2006:109) bahwa ada empat macam penentu kepribadian, yaitu sebagai berikut.
a.       Constitution (struktur jasmani)
b.      Group membersip (keanggotaan kelompok)
c.       Role (peranan)
d.      Situation (situasi)

C.  Pencitraan (Imagery)
Penggunaan bahasa untuk menggambarkan stimuli disebut imagery (pencitraan). Anda dapat bercerita sedemikian rupa sehingga pendengar seakan-akan ikut melihat (visual imagery), mendengar (auditory imagery), mengecap (gustarory imagery), mencium (olfactory imagery), menyentuh, menggerakkan otot (kinesthetic imagery) atau merasakan mual di dalam tubuh mereka (organic imagery).
D.  Isi Pesan Persuatif
Wayne N. Thompson (dalam Rahkmat, 2006:115) menyatakan bahwa untuk menunjukkan “bahan-bahan” yang tepat untuk pidato persuasif dengan memperhatikan tujuannya, yaitu menarik perhatian, meyakinkan, dan menyentuh atau menggerakkan. Berikut uraian lebih rinci.
1.     Menarik Perhatian
Ada sejumlah daftar panjang mengenai bahan-bahan yang menarik perhatian. Inilah sebagian dari daftar itu, yaitu sebagai berikut.
a.    Hal konkret, suspense, konflik, gerakan yang berkaitan dengan sesuatu yang dikenal yang baru dan eksotik.
b.    Fakta sensasional.
c.    Yang berhubungan dengan peristiwa aktual, mode, dan sebagainya.
d.   Kata-kata berona dan gaya bahasa.
e.    Struktur kalimat yang beragam.
f.     Kutipan dan peribahasa  yang diterapkan dengan cara baru
g.    Perbandingan, contoh, anekdot.
h.    Rangkaian pernyataan atau fakta yang mengejutkan.
i.      Ramalan.
j.      Humur.
k.    Yang berhubungan dengan orang, tempat, atau peristiwa lokal.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam memilih bahan-bahan di atas, yaitu sebagai berikut.
a.    Tunjukkan bahwa topik itu berhubungan erat dengan kepentingan khalayak.
b.    Hindari satu jenis teknik pengembangan bahasan.
c.    Gunakan contoh-contoh yang spesifik dan konkret.
d.   Ceritakan kisah-kisah menarik.
e.    Organisasikan bahan-bahan itu atau berikan makna kepadanya secara orisinil, kreatif, dan informatif.
2.    Meyakinkan
Untuk meyakinkan pendengar, kita memerlukan bahasan tersendiri berkenaan dengan teknik-teknik argumentasi. Bahan-bahan yang dapat meyakinkan adalah bukti. Ada empat bukti yang harus dimasukkan ke dalam pidato, yaitu fakta, contoh, statistik, dan testimoni. Ada empat teknik penyajian bukti, yaitu induksi, deduksi, hubungan kausal, dan analogi.

3.    Menyentuh atau Menggerakkan
Bahan-bahan yang menyentuh atau menggerakkan adalah bahan-bahan yang mempunyai pengaruh psikologis. Pembicaraan kita tentang daya tarik motif sangat relevan. Penggunaan daya tarik motif melalui tiga tahap, yaitu analisis, seleksi, dan adaptasi. Pertama, temukan keinginan, harapan, cita-cita khalayak tertentu. Kedua, pilihlah bahan-bahan yang sesuai dengan keinginan khalayak. Ketiga, hubungkan usulan kita dengan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan khalayak tersebut. Setelah Anda menggunakan daya tarik motif (salah satu di antaranya), Anda dapat mengintensifkannya dengan unsur-unsur emosi dan teknik-teknik penyesuaian, seperti rasionalisasi, kompensasi, identifikasi.

E.  Organisasi Pesan Persuatif 
Pola yang digunakan dalam pidato persuasif disesuaikan pada topik yang Anda bicarakan. Berikut ini beberapa pola yang digunakan dalam pidato persuasif.
1.    Pola Pemecahan Masalah
Pola ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai alternatif pemacahan masalah dan menunjukkan alternatif terbaik. Busby dan Majors (Rahkmat, 2006:119) membuat ikhtisar pola pemecahan masalah sebagai berikut.
I.    Pengantar atau pendahuluan
II. Isi Pidato
A.    Tunjukkan Masalahnya
1.      Apa penyebabnya?
2.      Siapa yang bertanggung jawab?
3.      Sejauh mana urgensinya?
B.     Tunjukkan alternatif pemecahan
1.      Adakah pemecahan masalah?
2.      Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah?
3.      Siapa yang dapat bertindak mengatasi masalah?
C.     Tunjukkan pemecahan terbaik
1.      Apa yang pernah dilakukan orang untuk memecahkan masalah itu?
2.      Mana pemecahan yang Anda usulkan?
3.      Mana pemecahan yang disukai khalayak?
III.   Kesimpulan atau penutup

2.    Pola Sebab-Akibat
Pola ini dimaksudkan untuk melukiskan situasi yang terjadi. Dengan pola ini pendengar diajak untuk memahami masalah lebih jernih dan mengerti sebab-sebabnya. Boleh juga pola ini dipergunakan untuk membahas masalah yang sebab-sebabnya tidak mudah diketahui. Busby dan Majors (dalam Rahkmat, 2006:119) membuat ikhtisar sebagai berikut.
I.    Pengantar atau Pendahuluan
II. Isi Pidato
A.    Tunjukkan sebab-sebab timbulnya kasus
1.      Faktor-faktor apa yang dapat menimbulkannya?
2.      Apakah kasus itu merupakan respon pada kasus lain?
3.      Siapa bertanggung jawab?
B.     Tunjukkan akibat-akibat kasus
1.      Bagaimana indikasi kasus?
2.      Siapa yang dikenai kasus?
3.      Faktor-faktor apa bagi yang terpengaruh?
C.     Apa yang dapat atau harus dilakukan
1.      Apa jalan keluarnya?
2.      Bagaimana jalan keluar itu menimbulkan efek yang dikehendaki?
3.      Apa faidah-faidahnya?
4.      Siapa yang harus melakukannya?
III.   Kesimpulan atau Penutup
3.    Pola Pro-Kontra
Berikut ini ikhtisar pola pro-kontra.
I.    Pengantar atau pendahuluan
II. Isi Pidato
A.    Tunjukkan keuntungan-keuntungannya
1.      Aspek mana dari pokok pembicaraan yang paling menarik?
2.      Keuntungan apa yang bakal diperoleh pendengar?
B.     Tunjukkan kerugian-kerugiannya
1.      Aspek mana yang paling tidak menarik?
2.      Adakah kerugian atau biaya tersembunyi yang akan dialami pendengar?
C.     Tunjukkan bagaimana pendengar memperoleh keuntungan
1.      Apakah keuntungan lebih besar dari kerugian?
2.      Langkah-langkah apa yang harus diambil untuk memperoleh keuntungan?
3.      Bagaimana pendengar dapat berperan serta?
4.      Bila tindakan itu harus dilakukan?

4.    Pola Urutan Bermotif
Pola ini lazim disebut sebagai pola Monreo (dari perumusnya Dr. Alan h. Monreo). Berikut ini ikhtisar pola urutan bermotif.
I.    Pengantar atau Pendahuluan
A.    Perhatian
1.      Bagaimana menarik perhatian?
2.      Bagaimana memusatkan perhatian?
B.     Kebutuhan
1.      Apa masalah yang dihadapi?
2.      Apa yang sudah diketahui khalayak?
3.      Bagaimana membuat khalayak merasakan kebutuhan itu?
II.      Isi Pidato
A.    Pemuasan
1.      Bagaimana kebutuhan khalayak dapat dipuaskan?
2.      Apa tanda-tanda pemuas kebutuhan?
3.      Di mana pemuasan itu dapat diperoleh?
B.     Visualisasi
1.      Apa keuntungan bagi khalayak?
2.      Bagaimana keadaannya bila kebutuhan itu terpenuhi?
III.   Kesimpulan atau Penutup
A.    Imbauan atau Tindakan
1.      Apa yang harus dilakukan khalayak untuk memperoleh pemuas kebutuhan?
2.      Kapan mereka harus bertindak?













BAB VI
PIDATO REKREATIF

            Pidato rekreatif adalah jenis pidato yang paling sukar dilakukan, tetapi paling cepat diketahui maksudnya. Untuk menyampaikan pidato rekreatif, kita bukan hanya memerlukan keterampilan berbicara, tetapi juga kecerdasan. Bab ini akan menjelaskan karakteristik pidato rekreatif, teori-teori humor, teknik-teknik membuat humor, dan organisasi pesan rekreatif.
A.  Karakteristik Pidato Rekreatif
Pidato rekreatif disampaikan dalam berbagai situasi, yaitu perhelatan atau pesta, pertemuan kelompok, dan jamuan makan malam. Berikut ini karakteristik pidato rekreatif.
1.    Gembirakan diri Anda, maksudnya Anda tidak akan bisa menghibur orang lain, bila kabut kesedihan menutup wajah Anda.
2.    Hindari rangkaian gagasan yang sulit, maksudnya dalam pidato rekreatif, Anda tidak menyampaikan gagasan, pengetahuan, atau informasi. Namun, Anda sedang menghibur, jadi pililah topik-topik yang enteng, sederhana, dan mudah dicerna.
3.    Gunakan gaya bercerita (naratif), maksudnya dalam berpidato Anda dapat memasukkan berbagai cerita, anekdot, atau contoh konkret yang mendukung pidato Anda.
4.    Berbicaralah singkat, maksudnya dalam pidato rekreatif tidak dituntut mengikuti urutan bermotif yang lengkap. Pidato rekreatif hanya sampai pada tahap perhatian saja.

B.  Teori-teori Humor
Di kalangan para filusuf dikenal tiga teori humor, yaitu sebagai berikut.
1.    Teori Superioritas dan Degradasi
Kita tertawa bila menyaksikan sesuatu yang janggal atau kekeliruan atau cacat. Teori ini tepat untuk menganalisis jenis-jenis humor, seperti satire. Satire adalah humor yang mengungkapkan kejelekan, kekeliruan, atau kelemahan orang, gagasan, atau lembaga untuk memperbaikinya. Satire dapat bersifat langsung dengan membongkar hal-hal yang jelek atau membesar-besarkannya (exaggeration); atau tidak langsung melalui parodi, ironi, dan burlesque.
2.    Teori Biosasi
Teori ini dirumuskan oleh Arthur koestler, tapi berasal dari filusuf-filusuf besar seperti Pascal, Kant, Spencer, Schopenhauer. Menurut teori ini, humor timbul karena kita menemukan hal-hal yang tidak kita duga atau kalimat (juga kata) yang menimbulkan dua macam asosiasi. yang pertama, kita sebut teknik belokan mendadak (unixpected turns) dan yang kedua disebut asosiasi ganda (puns).
3.    Teori Pelepasan Inhibisi
Teori ini diambil dari teori Sigmund Freud. Maksud teori ini adalah kita melepaskan pengalaman yang tidak enak atau keinginan yang tidak terwujud kepada masyarakat.

C.  Teknik-teknik Humor
Dari dua teori yang pertama di atas, kita akan menjelaskan beberapa teknik humor beserta contoh-contohnya. Dari teori pertama, kita akan mengambil exaggeration, parodi, ironi, burlesque, perilaku aneh para tokoh, dan perilaku orang lain. dari teori kedua kita akan membahas belokan mendadak dan puns.
1.    Exaggeration
Exaggeration berarti melebihkan sesuatu secara tidak proposional. Exaggeration dilakukan untuk membongkar kejelekan sejelas-jelasnya dengan maksud mengoreksinya. Misalnya, murid-murid sekolah melakukan eaxggeration, ketika mereka melukiskan saat guru memberikan pelajaran sebagai “hujan lokal”.
2.    Parodi
Parodi berasal dari bahasa Yunani ‘para’ , di samping dan ‘oide’, lagu) adalah sejenis komposisi di mana gaya suatu karya (seperti prosa, puisi, atau prosa liris) yang serius ditiru dengan maksud melucu. Dalam pidato rekreatif, parodi dapat berupa peniruan suara dan gaya bicara seorang tokoh atau peniruan verbal terhadap karya sastra atau karya-karya tulis yang serius. Inilah contoh kata-kata serius yang diparodikan: konferensi Nona Blok A, Telorisme, biduanita ICMI AZIZ, Bergincu dalam Melodi, Dunia dalam Derita.
3.    Ironi
Ironi (berasal dari kata Yunani eiron “seseorang yang mengatakan lebih sedikit dari apa yang dipikirkan”) adalah menggunakan kata-kata untuk menyampaikan makna yang bertentangan dengan makna harfiahnya. Berikut contoh Ironi.
Fatwa Jenggot
            Seluruh lapisan ambtenaar Jawa Barat mulai sekarang musti meningkatkan ketertiban, keamanan dan kerapian, dengan cara membabat habis jenggot sampai ke antek-anteknya dan akar-akarnya.
            Jenggot tidak menambah ganteng wajah, malah bisa mengurangi  keramahan, menakutkan rakyat dan mengganggu efektifitas kerja. Lebih dari itu, jenggot bikin kita ingat para Mullah atau Ayatullah kaum Syi’ah yang ekstremis. Juga Karl Marx. Bikin tak sedap.
            Sebuah universitas di sebuah negeri pernah melarang seluruh civitas akademikanya untuk berjenggot. Tapi, sesudah terjadi kekacauan demonstrasi oleh oknum-oknum yang justru bersih jenggot, maka kemudian dianjurkan memelihara jenggot.
            Saya pikir larangan jenggot saja tidak cukup!
            Kalau kita ingin menjadi bangsa besar, kita musti cermat mengurusi hal-hal kecil. Seluruh rambut manusia – yang namanya berbeda-beda berdasarkan lokasinya – sebaiknya ditertibkan. Baik potongannya, arah cuatan-cuatannya, maupun jumlahnya. Jangan pernah berpikir bahwa sehelai rambut tidak bisa melakukan tindak subversi.
            ........................................................................................................................
            Negara yang santun kepada warganya memang perlu mengurusi nasib seluruh bagian kehidupan di wilayahnya sampai yang sekecil-kecilnya. Kita butuh fatwa jenggot, fatwa panjang pendeknya kuku, fatwa tentang gincu merk apa yang mesti di pakai ....
4.    Burlesque
Burlesque (berasal dari bahasa Itali “burlesco”, lelucon, hal-hal yang menggelikan) adalah teknik membuat humor dengan memperlakukan hal-hal yang seenaknya secara serius atau hal-hal yang serius secara seenaknya. Saya harus mengutip lagi Humor (No.35) rubrik Ilmu Ketahuan (judul yang paradik):
8 Keanehan Pesawat Terbang
a.       Tidak ada penumpang berdiri, walaupun pada hari-hari besar sekali.
b.      Kalau terjadi kecelakaan, dicari sampai ketemu, meskipun penumpangnya cuma dua orang.
c.       Makanan dan minuman gratis dan tidak ada kondektur yang narik karcis.
d.      Tidak memerlukan kaca spion samping dan presneling mundur.
e.       Kaca jendela dikunci mati karena tidak ada pedagang asongan yang beroperasi sebagaimana yang terjadi di bus-bus umum.
f.       Tidak pernah berhenti di udara dan kena razia surat-surat perlengkapan pesawat terbang oleh polisi lalu lintasdi langit.
g.      Tempat duduk dilengkapi dengan ikat pinggang, jadi sangat cocok bagi Anda yang belum sempat makan.
h.      Ada ucapan selamat datang menjelang berangkat dan terima kasih sesampainya di tujuan. Di kereta api, bus, apalagi mikrolet, mana ada?
5.    Perilaku Aneh Para Tokoh
Para tokoh sudah menarik dengan sendirinya; apalagi bila perilakunya aneh. Sesuai dengan teori superioritas, kita memperoleh kesenangan bila kita melihat hal-hal yang ganjil atau menyimpang pada perilaku orang lain. kesenangan itu lahir karena kita tidak menderita keganjilan itu. Kita lebih baik dari objek yang kita tertawakan. Tentu saja kesenangan kita itu menjadi luar biasa, bila objek yang kita tertawakan itu adalah orang-orang besar. Misalnya, kisah Edison berikut ini.
Dalam suatu pertemuan untuk menghormati penemuan mesin bicara (gramafon) dari Edison, seseorang memperkenalkan siapa Edison. Pidato pengantarnya sangat panjang dan bertele-tele. Para pendengar melihat bahwa pembicara seperti tidak bisa berhenti (dalam bahasa komputer, ia tidak bisa exit). Setelah pemberi pengantar, Edison berpidato. Ia memulai pidatonya dengan berkata, “Saya menghaturkan terima kasih kepada Bapak (pembicara terdahulu) atas pujiannya. Tetapi saya ingin memberikan koreksi. Tuhanlah yang menciptakan mesin bicara. Saya hanyalah orang yang pertama kali menemukan mesin bicara yang bisa disuruh diam”.

6.    Perilaku Orang Aneh
Perilaku bangsa-bangsa yang aneh atau orang-orang aneh selalu dijadikan bumbu-bumbu humor. Akan tetapi, penggunaannya dalam pidato rekreatif harus dilakukan sangat hati-hati. Bila kita agak ceroboh, Anda bisa dihukum karena SARA. Misalnya, ketika Abdurrahman Wahid pernah memberi kata pengantar untuk Mati Ketawa Cara Rusia. Seperti judulnya buku itu berisi guyonan Rusia. Akan tetapi, Gusdur mempunyai pembendaharaan humor yang kaya, mencakup berbagai bangsa. Ia sendiri sebetulnya orang aneh. Karena itu, saya hanya ingin bercerita tentang dirinya saja. Ia mempunyai anak yang belajar di Fakultas Psikologi. Ketika saya tanya mengapa anak kiai belajar psikologi (psikologi klinis lagi), Gus Dur menjawab, “Di NU banyak yang gendeng”. Saya bertanya lagi “Apakah bukan karena ia ingin berkhidmat pada bapaknya?”
7.    Belokan Mendadak
Teknik ini dirumuskan Monreo sebagai berikut: bawalah khalayak Anda untuk meyakini bahwa akan berbicara yang biasa: kemudian katakanlah sebaliknya. Sekali waktu saya mengambil program S3 (doktor) di UNPAD. Saya menghadiri kuliah dengan rajin, di samping mengajar mahasiswa S2. Saya sangat dekat dengan para profesor dan pimpinan Fakultas Pascasarjana. Otak saya juga rasanya lumayan. Karena itu, setelah bekerja keras selama berahun-tahun, saya mendapat hasil yang membahagiakan. Saya di-DO. Kata terakhir ini disebut belokan mendadak.
8.    Puns
Puns adalah teknik mempermainkan kata-kata yang mempunyai makna ganda. Saya pernah memberikan contohnya pada kata “conceive” dan “deliver” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, kita memiliki banyak sekali kata yang seperti itu. Perhatikanlah kalimat-kalimat di bawah ini.
Pemilu betul-betul membuat saya pilu.
Dengan secangkir kopi, ia berhasil membuat seratus kopi.
Saya menolak karena pertimbangan ke-pribadi-an. Ia tidak mempunyai  kendaraan pribadi , sopir pribadi, perusahaan pribadi, rumah pribadi.

D.  Organisasi Pesan
Monreo (dalam Rahkmat, 2006:134) menyarankan dua cara mengorganisasikan pesan rekreatif. Pertama, teknik satu pokok (one-point speech), memusatkan pembicaraan hanya pada satu pokok pembicaraan saja. Kedua, meniru organisasi pesan persuasif dan memberlakukannya secara main-main. Dengan kata lain, pidato kita adalah pidato persuasif yang dijadikan burlesque. Berikut ini penjelasan Monreo (dalam Rahkmat, 2006:134-136) tentang keduanya.
1.    Teknik Satu Pokok
Jika Anda menggunakan teknik ini, pidato Anda merupakan serangkaian ilustrasi, anekdot, dan kontras-kontras humor yang disampaikan secara cepat. Setiap satuan humor harus dipusatkan pada satu gagasan utama. Berikut ini rumusan sederhana untuk organisasi seperti itu.
a.    Kisahkan cerita atau berikan ilustrasi.
b.    Tunjukkan gagasan pokok yang menjadi pijakan untuk mempersatukan rincian pembicaraan Anda.
c.    Ikuti dengan serangkaian cerita dan ilustrasi tambahan.
d.   Tutup dengan mengulang kembali gagasan utama yang telah Anda jelaskan.
2.    Urutan Bermotif Burlesque
Ketika Anda menggunakan metode kedua ini, pidato Anda hanya mengandung tahap perhatian saja, ditinjau dari rekreasi psikologis pendengar. Akan tetapi, struktur pembicaraan dapat disusun berdasarkan urutan bermotif, yang mempermainkan tahap-tahap yang digunakan dalam persuasi serius.
Tahap perhatian, mulailah pembicaraan Anda dengan salah satu di antara empat cara ini: hubungkan dengan kejadian lucu yang aktual, buat kelucuan yang diarahkan pada pembawa acara atau siapa saja, kisahkan cerita atau anekdot. Kemudian, dengan cara tertentu, hubungkan permulaan pembicaraan Anda dengan tahap kedua.
Tahap kebutuhan dan pemuasan, sajikan masalah serius, perbesar tingkat keseriusannya melebihi proposisinya, kemudian tawarkan pemecehan yang absurd atau tunjukkan bagaimana pemecahan yang aktual itu juga absurd, atau sajikan masalah yang absurd, kemudian berikan metode pemecahan masalah yang absurd. Masukkan sejumlah anekdot lucu untuk menegaskan kejanggalan-kejanggalan.
Tahap visualisasi, pada tahap ini perbesar kejanggalan itu dengan menambahkan lagi gambaran kondisi yang dilebih-lebihkan. Selanjutnya tahap tindakan, pada tahap ini tutup pembicaraan Anda secara cepat dengan mempermainkan tuntutan tindakan yang juga dibesar-besarkan. Buatlah sentuhan terakhir ini pendek dan lucu.

Sumber: Rahkmat, Jalaluddin. 2006. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosadakarya.