gemuru yang mulai lenyap
di saat purnama mulai memuncak
sepi, diam, dan tanpa rona
bahasa yang tak dipahami
jiwa bertanya-tanya
adakah asa yang kan kandas
tiada hari tanpa bertanya
tanya dan tanya dalam jiwa
sesaat semua kan jadi nyata
bulan purnama yang kan menyusut
waktu ku belum usai
saat semua jadi nyata
WASPADA
Waspada
- Senin, 28 Oktober 2013
Sajak Rindu
- Kamis, 03 Oktober 2013
di sini, di sudut kota ini
ku berharap, kau kan menjamputku
mengatakan cintamu
menepati janjimu
sampai detik ini, ku masih merindukanmu "Casuaku"
Sajak Oktober
-
Pagi ini kududuk sendiri
di bangku taman pustaka
angin membelai wajahku
seraya berkata "Selamat pagi Gadisku"
Taman yang dulu Indah
semakin indah, saat kau menghampiriku
wajahku yang sayu seraya panas seperti mentari terik di siang hari
inikah asmara lama yang mulai hadir?
di saat semua hampa mulai beranjak indah
RETORIKA MODERN
-
RETORIKA
Retorika Modern Pendekatan Praktis
Karya
Jalalluddin Rahkmat
BAB IV
TAHAP PENYAMPAIAN PIDATO
Kecemasan berkomunikasi adalah batu
sandungan yang besar bagi pembicara. Kecemasan berkomunikasi menghilangkan
kepercayaan diri. Kecemesan berkomunikasi amat mempengaruhi kredibilitas
komunikator. Betapa pun bagusnya pesan yang Anda sampaikan, betapa pun
sistematismenya organisasi pesan yang Anda buat, tanpa kepercayaan diri dan
kredibilitas, Anda akan kehilangan pengaruh dan pendengar sekaligus.
A. Membangun Kepercayaan Diri dan
Kredibilitas
1.
Kecemasan
Berkomunikasi: Diagnosis
Banyak istilah digunakan untuk
menamai gejala ini; demam panggung (stage
fright), kecemasan bicara (speech anxiety), atau yang lebih umum
stres kerja (performance stress).
Misalnya, seseorang yang cemas ketika akan diwawancarai. Berikut ini daftar
gejala yang dirasakan mereka:
a.
detak
jantung yang cepat
b.
telapak
tangan atau punggung berkeringat
c.
napas
terengah-engah
d.
mulut
kering dan sukar menelan
e.
ketegangan
otot dada, tangan, leher, dan kaki
f.
tangan
atau kaki bergetar
g.
suara
bergetar dan parau
h.
berbicara
cepat dan tidak jelas
i.
tidak
sanggup mendengar atau konsentrasi
j.
lupa
atau ingatan hilang
Menurut
para psikolog, semua gejala itu adalah reaksi alamiah kepada ancaman. Perilaku
yang didaftar di atas itu disebut sebagai sindrom mekanisme penyesuaian (general adaptation syndromes).
2.
Sebab-sebab
Kecemasan Komunikasi
Orang mengalami kecemasan komunikasi
(untuk selanjutnya disebut KK) karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
a. Tidak
tahu apa yang harus dilakukan, maksudnya ia tidak tahu bagaimana cara memulai
pembicaraan. Maka, di sinilah pentingnya pengetahuan tentang retorika.
b. Orang
menghindari KK karena tahu akan dinilai.
c. KK
dapat menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang yang terkenal sebagai
pembicara yang baik.
3.
Metode
Mengendalikan KK
Ada
dua metode pengendalian KK. Pertama, metode
jangka panjang, yaitu ketika kita secara berangsur-angsur mengembangkan
keterampilan mengendalikan KK dengan tiga sebab di atas. Kedua, metode jangka pendek, yaitu ketika kita harus segera
mengendalikan KK pada waktu (atau sebelum) menyampaikan pidato. Dengan
demikian, metode pertama maksudnya proses belajar yang panjang, sedangkan yang
kedua adalah pintu darurat (emergency
door) ketika akan berpidato.
Rudolph E Busby dan Randall E.
Majors (dalam Rakhmat, 2006:70), memberikan “resep” yang disebut metode jangka
pendek, yaitu sebagai berikut.
a. Hadapilah
gejalah dengan teknik-teknik relaksasi.
b. Tanamkan
keberanian dan tersenyum kepada audien.
c. Memancing
respon hadirin pada permulaan bicara.
4.
Komponen-komponen
Kredibilitas
Apa
yang disebut ethos oleh Aristoteles,
dinamakan kredibilitas oleh pakar komunikasi sekarang. Kredibilitas yang timbul
selama pembicara pidato disebut dengan derived
credibility, sedangkan akhir dari kredibilitas disebut dengan terminal credibility. Kredibilitas tidak
melekat pada diri pembicara. Kredibilas terletak pada persepsi khalayak tentang
pembicara.
Kredibilitas
itu berdasarkan persepsi khalayak tentang komunikator, jadi kredibilitas dapat
dibentuk atau dibangun. Kita dapat membangun kredibilitas pembicara dari
informasi yang kita peroleh dari orang atau sahabat, media massa atau sumber-sumber
yang dapat dipercaya, dan dari pengamatan langsung terhadap komunikator. Seorang komunikator
juga bisa membangun kredibilitasnya dengan meminta bantuan orang lain;
“merekayasa”.
5.
Membangun
Kredibilitas
Menurut
Rahkmat (2006:73), ada lima komponen dalam membangun kredibilitas, yaitu
sebagai berikut.
a. Otoritas,
maksudnya pembicara memiliki keahlian tentang apa yang diutarakannya.
b. Good sense, maksudnnya
pembicara memperlakukan pendengar sebagai rekan, saudara, atau mitra dalam
mencari kebenaran.
c. Good character, maksudnya
pembicara memiliki akhlak yang baik (kejujuran, integritas, dan ketulusan).
d. Good will, maksudnya
pembicara berasumsi bahwa ia adalah bagian dari pendengar.
e. Dinamisme, maksudnya
pembicara menampakkan ekspresi fisikal dari komitmen psikologis yang sesuai
dengan topik.
Selanjutnya,
Rakhmat (2006:76), menyatakan secara singkat, bahwa dalam membangun
kredibilitas, kita perlu mengetahui bagaimana orang lain menilai kita.
Kredibilitas adalah hasil penilaian orang lain tentang diri kita, setelah
mereka menerima informasi tentang kita langsung atau tidak. Glenn R. Capp dan
G. Richard Capp, Jr. Dalam Basic Oral
Communication (dalam Rakhmat, 2006:76) menjelaskan bagaimana Anda dinilai
orang lain, yaitu sebagai berikut.
a. Anda
dinilai antara lain dari reputasi yang mendahului Anda.
b. Anda
dinilai antara lain dari perkenalan tentang Anda.
c. Anda
dinilai antara lain dari apa yang Anda ucapkan.
d. Anda
dinilai dari cara Anda berkomunikasi.
e. Anda
dinilai dari pernyataan-pernyataan yang menyatakan ethos.
B. PRINSIP-PRINSIP PENYAMPAIAN PIDATO
Menurut Rahkmat
(2006:78) semua orang dapat menyampaikan pidato dengan baik apabila mereka
mengetahui dan mempraktekkan tiga prinsip panyampaian pidato, yaitu sebagai
berikut.
1. Pelihara
kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak).
2. Gunakan
lambang-lambang auditif atau usahakan agar suara Anda memberikan makna yang
lebih kaya pada bahasa Anda (olah vokal).
3. Berbicaralah
dengan seluruh kepribadian Anda dengan wajah, tangan, dan tubuh Anda (olah
visual).
BAB V
PIDATO INFORMATIF
Pidato
informatif bertujuan untuk menyampaikan informasi. Khalayak diharapkan
mengetahui, mengerti, menyampaikan informasi itu. Ehninger, Monreo, dan
Gronbeck (dalam Rahkmat) menyebutkan ada tiga macam pidato informatif, yaitu oral reports (laporan lisan), oral instruction (pengajaran), dan informative Lecture (kuliah). Namun,
apapun jenisnya, pidato informatif merupakan upaya untuk menanamkan pengertian.
Oleh karena itu, secara keseluruhan pidato informatif harus jelas, logis, dan
sistematis. Dalam bab ini akan membicarakan pidato informatif dari segi isi
pesan, organisasi pesan, teknik pengembangan bahasan, dan teknik penyajian.
A. Isi Pesan
Supaya isi pesan
itu mudah dipahami dan mudah diingat, Ehninger dkk. (dalam Rahkmat, 2006:89-91)
Menyarankan hal-hal berikut.
1. Gagasan
utama tidak boleh terlalu banyak.
2. Jelaskanlah
istilah-istilah yang aneh dan kabur.
3. Atur
kecepatan menyajikan informasi.
4. Jelaskan
perpindahan pokok pembicaraan.
5. Gunakan
data konkret – jaringan abstrak.
6. Hubungan
yang tidak diketahui dengan yang diketahui.
7. Masukkan
bahan-bahan yang menarik perhatian.
B. Organisasi Pesan
Menurut Monreo
(dalam Rahkmat, 2006:92) pidato informatif hanya mempunyai tiga tahap, yaitu
perhatian, kebutuhan, dan pemuasan. Berikut uraian lebih rinci mengenai ketiga
hal ini.
1. Tahap
Perhatian
Pada
tahap ini Anda harus menarik perhatian pendengar. Anda harus memusatkan
perhatian yang terbagi kepada pokok bahasan yang Anda sampaikan. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan pada tahap perhatian, yaitu menarik perhatian,
menunjukkan topik, menghubungkan topik dengan pendengar, membangun
kredibilitas, dan menjelaskan susunan pembicaraan (semacam “Daftar Acara” untuk
pidato Anda).
2. Tahap
Kebutuhan
Pada tahap
kebutuhan, Anda menjelaskan mengapa informasi yang akan Anda sampaikan itu
penting bagi khalayak. Mengapa mereka perlu mengetahuinya. Bagi khalayak yang
baru pertama kali mendengar topik, maka pembicara melakukanlah empat cara,
yaitu sebagai berikut.
a. Pernyataan,
tunjukkan pentingnya pokok bahasan dan perlihatkan bagaimana mereka perlu lebih
banyak tahu tentang pokok tersebut.
b. Ilustrasi,
berikan beberapa contoh, permisalan, anekdot yang menonjolkan kebutuhan
pendengar.
c. Peneguhan,
sajikan fakta, angka, dan kutipan tambahan untuk lebih meyakinkan pendengar.
d. Penunjukan,
perlihatkan bahwa pokok pembicaraan berkaitan dengan kepentingan, kesejahteraan,
dan keberhasilan khalayak.
3. Tahap
Pemuasan
Tahap ini dibagi ke
dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Ikhtisar
pendahuluan berisi pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan kepada
khalayak yang bertujuan untuk membantu khalayak memperoleh gambaran menyeluruh
tentang isi pembicaraan kita.
b. Informasi
terinci berupa ulasan tentang pokok-pokok pembicaraan yang dijelaskan satu per
satu.
c. Ikhtisar
akhir berupa penyebutan kembali hal-hal yang sudah Anda bicarakan.
C. Teknik Pengembangan Bahasan
Dalam memilih
teknik-teknik pengembangan bahasan, ada dua faktor penting, yaitu faktor
informatif dan faktor penarik perhatian. Dengan kata lain, pesan yang disajikan
harus kaya dengan informasi dan dapat menarik perhatian. Secara singkat Rahkmat
(2006:94) mengutif Rudolph E. Busby dan Randall E. Majors menyatakan teknik
pengembangan bahasan, yaitu sebagai berikut.
1. Menarik
Perhatian
a. Gunakan
hentian panjang untuk memusatkan perhatian
b. Ajukan
pertanyaan retoris
c. Pancing
jawaban dari pendengar
d. Kutip
statistik yang mengejutkan
e. Ceritakan
kisah atau anekdot
f. Buat
humor
2. Mengumumkan
Topik
a. Sebutkan
topik secara langsung
b. Dekati
topik secara tidak langsung dari cerita hipotesis
3. Menegaskan
Relevansi
a. Menjelaskan
mengapa Anda memilih topik
b. Tunjukkan
bagaimana topik mempengaruhi khalayak
c. Perlihatkan
bagaimana khalayak dapat menggunakan informasi
d. Nyatakan
bagaimana khalayak dapat menarik keuntungan
e. Hubungan
dengan situasi pembicara atau acara yang sedang berlangsung
4. Membangun
Kredibilitas
a. Tegaskan
siapa Anda
b. Jelaskan
alasan pribadi mengapa Anda bicara
c. Tunjukkan
latar belakang yang relevan dengan topik
d. Perlihatkan
pengetahuan dan pengalaman
e. Perlihatkan
good sense dan good will
f. Tampakkan
semangat dalam suara dan cara
5. Menyusun
Pesan
a. Sebutkan
cakupan yang akan dibahas
b. Tunjukkan
susunan pokok bahasan
c. Gunakan
perpindahan gagasan yang jelas
BAB VI
PIDATO PERSUATIF
A. Teknik-teknik Persuasi
Tidak ada teknik
persuasi yang berlaku di mana saja, kapan saja, dan untuk apa saja. Waktu,
situasi, dan khalayak sangat menentukan pemilihan teknik persuasi. Rahkmat
(2006:98-102) dengan mengutip Ehninger, Monroe, dan Gronbeck merinci
teknik-teknik persuasi berdasarkan jenis khalayak, yaitu sebagai berikut.
1.
Khalayak
Tak Sadar
Kadang-kadang
pendengar Anda tidak sadar akan adanya masalah atau tidak tahu bahwa perlu
mengambil keputusan. Bila begini, persoalannya, Anda dapat menggunakan
langkah-langkah urutan bermotif (motivated
sequence), yaitu sebagai berikut.
a. Tahap
perhatian, bangkitkan minat khalayak dengan ilustrasi faktual, kutipan yang
tepat, atau dengan beberapa fakta dan angka yang mengejutkan. Akan tetapi, Anda
harus melakukannya dengan hati-hati.
b. Tahap
kebutuhan, sajikan sejumlah besar fakta, angka, dan kutipan yang ditunjukkan
untuk memperlihatkan bahwa memang benar-benar ada masalah.
c. Tahap
pemuasan, visualisasi, dan tindakan. Mengingat pentingnya relevansi masalah
yang sudah ditunjukkan, kembangkanlah tahap pemuasan, visualisasi, dan tahap
tindakan seperti yang digunakan pada bab IV.
2.
Khalayak
Apatis
Berbeda dengan
khalayak pertama, khalayak apatis tahu ada masalah, tetapi mereka acuh tak acuh
saja. Mereka berkata, “Apa urusannya dengan aku?”, “Memang aku harus
mencemaskannya?”. Jelaslah, bagi orang-orang seperti itu bahwa tujuan Anda
adalah membuat mereka sadar bahwa yang kita bicarakan itu betul-betul
mempengaruhi mereka. Langkah-langkah yang Anda gunakan, yaitu sebagai berikut.
a. Tahap
perhatian, singkirkan sikap apatis dan ketidakpedulian mereka dengan menyentuh
secara singkat beberapa hal yang berkaitan dengan kepentingan pendengar.
b. Tahap
kebutuhan, apabila sudah tumbuh perhatian, lanjutkanlah dengan menunjukkan
secara langsung dan dramatis bagaimana masalah tersebut mempengaruhi setiap
orang yang hadir.
c. Tahap
pemuasan, dalam membangun tahap pemuasan, tegaskan kembali bagaimana usulan
atau pemecahan yang Anda tawarkan berpengaruh langsung pada kepentingan pendengar
sendiri atau keluarga atau sejawat mereka.
d. Tahap
visualisasi dan tindakan, visualisasikan secara jelas keuntungan yang akan
diperoleh khalayak, sekiranya mereka menerima gagasan Anda; dan kerugian besar
jika mereka tetap tidak mengacuhkannya. Berdasarkan visualisasi ini, mintalah
kepada mereka untuk mempelajari masalah ini atau untuk bertindak mengatasinya.
3.
Khalayak
yang Tertarik tetapi Ragu
Sebagian
khalayak tahu dan sadar akan adanya masalah; tahu bahwa perlu mengambil
keputusan, tetapi mereka masih meragukan keyakinan yang harus mereka ikuti atau
tindakan yang harus mereka jalankan. Untuk mengatasi keraguan, maka gunakanlah
langkah-langkah, yaitu sebagai berikut.
a. Tahap
perhatian, fokuskan perhatian hanya kepada hal-hal yang pokok-pokok saja.
b. Tahap
kebutuhan, tinjaulah latar belakang munculnya masalah. Kemudian, buatlah
kriteria atau pedoman yang harus dipenuhi dalam mengambil keputusan yang tepat.
c. Tahap
pemuasan, inilah bagian pidato Anda yang paling panjang yang berisi usulan atau
tunjukkan secara ringkas rencana tindakan yang harus dilakukan dan definisikan
istilah-istilah yang kabur atau menimbulkan berbagai penafsiran.
d. Tahap
visualisasi, lakukan langkah ini singkat saja dibandingkan dengan bagian pidato
lain. Gunakan bahasa yang hidup dan persuasif, tetapi jangan berlebih-lebihan.
e. Tahap
tindakan, nyatakan kembali dengan bahasa yang jelas dan kuat, usulan, anjuran
atau rencana yang Anda canangkan.
4.
Khalayak
yang Bermusuhan
Kadang-kadang
khalayak sadar bahwa ada problem atau bahwa ada masalah yang harus diatasi,
tetapi mereka menentang usulan yang Anda ajukan. Penentangan ini boleh saja
terjadi karena takut akan akibat yang tidak dikehendaki atau lebih menyukai alternatif
lain dari pada yang Anda tawarkan. Apa
pun kejadiannya, bila tujuan Anda adalah mengatasi keberatan-keberatan khalayak
dan mengupayakan agar mereka menerima gagasan Anda, ikutilah urutan bermotif
berikut ini.
a. Tahap
perhatian, karena Anda tahu khalayak memusuhi usulan Anda, pertama kali,
usahakan untuk menyambungkan “persahabatan” dengan khalayak Anda dan menjadikan
mereka mau mendengar.
b. Tahap
kebutuhan, capailah kesepakatan pada prinsip-prinsip atau keyakinan-keyakinan. Gunakan
prinsip-prinsip ini sebagai kriteria untuk mengukur kebenaran proposisi yang
Anda kemukakan. Atau, kembangkanlah tahap ini, seperti Anda melakukannya untuk
khalayak yang masih ragu.
c. Tahap
visual dan tindakan, sekiranya, anda berhasil sampai di sini, para pendengar
sudah berada dalam posisi khalayak yang tertarik dengan masalah yang
dibicarakan, tetapi masih ragu. Pengembangan pidato Anda tidak berada dari pola
pidato sebelumnya (khalayak ragu), tetapi berilah tekanan lebih banyak pada
visualisasi atau keuntungan-keuntungan.
B. Menetapkan Daya Tarik Motif
Motif adalah
kondisi intern yang mengatur dan menggalakkan tingkah laku menuju arah
tertentu. Daya tarik yang dapat menimbulkan kondisi intern tersebut kita sebut
daya tarik motif (motive appeals).
Berikut ini uraian mengenai motif dan daya tarik motif.
1. Biologis
a. Lapar
dan dahaga : kenikmatan, kesenangan, dan
kemewahan
b. Lelah : rekreasi, permainan,
pelepasan dari ketegangan
c. Seks : daya tarik seks,
perkosaan, penistaan
d. Keselamatan : kesehatan, keamanan, perlindungan,
ketentraman
2. Psikologis
a. Organisme
1) Ingin
tahu : Pengetahuan, pengalaman,
petualangan, variasi
2) Prestasi :Perjuangan, kemampuan, ambisi,
kreasi, hasrat membangun
b. Sosial
1) Kasih
sayang : kesetiaan, kekeluargaan,
simpati, rasa belas, hasrat meniru,
2) Harga
diri : kebanggaan, kemuliaan
3) Kekuasaan : kekuatan, paksaan, pengaruh kebebasan
c. Transedental
1) Rasa
agama : pemujaan, kesucian,
mirakel, kegaiban, kepercayaan
2)
Nilai filosofis : keindahan, keagungan, keadilan, kebenaran
1.
Menggunakan
Daya Tarik Motif
Untuk
menggunakan daya tarik motif ini dalam pidato, hal-hal yang harus diperhatikan,
yaitu sebagai berikut.
a. Tidak
ada daya tarik motif yang paling baik. Semuanya baik, asalkan sesuai dengan
situasi dan khalayak yang dihadapi. Motif biologis amat cocok bagi khalayak
yang kebutuhan hidupnya belum mencukupi, tetapi motif prestasi baru cocok untuk
tingkatan masyarakat yang lebih tinggi. Di kalangan umat beragama transedental
lebih tepat lagi.
b. Dari
sejumlah motif itu, ambillah motif utama saja. Motif-motif lainnya hanya
dipergunakan sebagai penunjang pada motif tersebut. Dalam istilah psikologi,
motif ini disebut central organizing
motive (COM). Bila ahli pidato ingin menanamkan kesetiaan kepada
kelompoknya, ia mungkin menonjolkan hubungan kesetiaan ini dengan kebanggaan
(motif biologis). Akan tetapi, motif utamanya tetap sama: kesetiaan.
2.
Unsur
Emosi sebagai Intensifikasi Daya Tarik Motif
Menuru J.B.
Watson (dalam Rahkmat, 2006:106) semua emosi merupakan hasil proses belajar,
kecuali tiga, yaitu takut, berang, dan cinta. Lebih lanjut, Emil Dofivat (dalam
Rahkmat, 2006:106-108) menyatakan ada tujuh penggerak emosi, namun dalam buku
ini hanya dibahas enam penggerak emosi, yaitu sebagai berikut.
a. Kebencian
Kebencian dengan
rekan-rekannya, iri hati, kedengkian, kemarahan, dan dendam memegang peranan
utama dalam menggerakkan manusia. Menurut Max Scheler (dalam Rahkmat, 2006:106)
secara psikologis kebencian adalah alat perangsang yang mutlak untuk
membangkitkan semangat berjuang. Kebencian tidak selalu jelek, bergantung dari
objek yang dibencinya dan kerangka etis yang mendasarinya.
b. Rasa
Belas
Rasa belas dapat
dibangkitkan dengan menonjolkan penderitaan korban, mendramatisasikan
kepahlawanan atau menonjolkan suasana tidak berdaya. Digabungkan dengan
kebencian, rasa belas ini menimbulkan kengerian. Dikombinasikan dengan nilai
yang tinggi, rasa belas dapat menghasilkan semangat yang berkobar.
c. Unsur
Seks
Unsur seks dapat
ditampakkan dalam bermacam-macam cara. Pengaruhnya terhadap tingkah laku
manusia sudah tidak diragukan lagi. Sigmund Freud bahkan menganggap bahwa unsur
seks terdapat dalam seluruh kegiatan manusia sejak kesenian, pengetahuan,
politik, ..., bahkan agama. Dengan menyertakan tata nilai, unsur seks dapat
menimbulkan kebencian luar biasa. Perkosaan terhadap rekan satu kelompok dapat
membakar kemarahan kelompok tersebut.
d. Hasrat
Menonjol
Sebagai
individu, manusia ingin “lebih” dari orang lain. Sebagai kelompok ia pun ingin
menonjol dari kelompok yang lain. Dalam taraf bangsa, hasrat menonjol ini dapat
menimbulkan Chauvinisme (dari segi
negatif) atau kepahlawanan (dari segi positif). Pemujaan pada agamanya,
kelompoknya, pemimpinnya atau keyakinan hidupnya merupakan ungkapan hasrat
menonjol manusia.
e. Dasar
Kesusilaan
Manusia memiliki
nilai-nilai batiniah yang tinggi, yang untuk itu ia rela mengabdi dan berjuang.
Ia ingin berbuat sesuatu yang “berarti” dalam hidupnya di dunia ini. Untuk itu,
ia memerlukan tujuan yang mungkin berupa kehidupan bahagia di akhirat, masa
depan yang gemilang, tegaknya keadilan dan kebenaran, atau terwujudnya
masyrakat yang tentram.
f. Dorongan
Penglepasan Etis
Dalam teori
persuasi modern, penglepasan etis ini dapat disalurkan melalui mekanisme
penyesuaian, seperti rasionalisme, kompensasi, proyeksi, represi, kontraposisi,
identifikasi, fantasi, dan negatifisme.
3.
Faktor
Penentu Kepribadian (Personality
Determinants)
Usaha untuk
mencari faktor-faktor yang menentukan kepribadian manusia sudah lama dilakukan
sejak ribuan tahun yang silam. Zaman dahulu orang tua menghubungkan kepribadian
dengan hari dan tanggal kelahiran, letak tahi lalat pada tubuh, atau
tanda-tanda jasmaniah lainnya. Akan tetapi, teori kepribadian yang tertua
dikemukakan oleh Hipocrates, bapak kedokteran yang hidup kira-kira 460 SM.
Dalam uraian Galen (dalam Rahkmat, 2006:108), teori ini menyatakan bahwa
kepribadian manusia ditentukan oleh empat macam cairan dalam tubuhnya. Bila
cairan darah yang dominan, maka Anda bersifat riang, gembira, optimis, dan
lincah. Cairan hitam menyebabkan pribadi yang melankolis, muram, dan penyedih.
Cairan kuning menjadikan orang mudah tersinggung dan pemarah. Anda
akan bersifat flegmatis, lambat, alon-alon, dan malas kalau tubuh Anda dikuasai
lendir (phelgm).
Tentu saja teori
ini sama tak ilmiahnya dengan teori kepribadian Alwasim dukun kampung. Hubungan
antara bentuk tubuh dengan kepribadian yang lebih ilmiah dinyatakan oleh Ernst
Kretschmer, Sheldon, Stevens, dan Tucker (dalam Rahkmat, 2006:108-109).
Pertama, Sheldon cs. menyatakan manusia dapat digolongkan dalam tiga kategori: endomorfi, mesomorfi, dan ekstomorfi. Orang endomorfi berkulit halus, licin, pendek besar dengan perut yang
bundar dan kepala yang biasanya botak di tengah. Endomorfi bersifat peramah, riang, senang bergaul, suka makan, dan
mudah menyesuaikan diri. Orang mesomorfi
memiliki tubuh yang tegap, atletis, dan biasanya jangkung dengan dada yang
lebar, otot-ototnya yang kuat menyebabkan mesomorfi
bersifat berani, bebas, ambisius, avonturir,
dan senang bertarung. Orang ekstomorfi
adalah orang-orang pemikir, senang menyendiri, mudah tersinggung. Oleh karena
itu tubuhnya kurus, tinggi dengan kulit yang tipis dan kering.
Teori Scheldon
cs. tidak semudah seperti yang dinyatakan. Selanjutnya, teori yang berhubungan
dengan retorika adalah teori yang dikemukakan oleh Khulchohn dan Murray (dalam
Rahkmat, 2006:109) bahwa ada empat macam penentu kepribadian, yaitu sebagai
berikut.
a. Constitution (struktur
jasmani)
b. Group membersip (keanggotaan
kelompok)
c. Role (peranan)
d. Situation (situasi)
C. Pencitraan (Imagery)
Penggunaan
bahasa untuk menggambarkan stimuli disebut imagery
(pencitraan). Anda dapat bercerita sedemikian rupa sehingga pendengar
seakan-akan ikut melihat (visual imagery), mendengar (auditory imagery), mengecap (gustarory
imagery), mencium (olfactory imagery), menyentuh,
menggerakkan otot (kinesthetic imagery)
atau merasakan mual di dalam tubuh mereka (organic
imagery).
D. Isi Pesan Persuatif
Wayne N.
Thompson (dalam Rahkmat, 2006:115) menyatakan bahwa untuk menunjukkan
“bahan-bahan” yang tepat untuk pidato persuasif dengan memperhatikan tujuannya,
yaitu menarik perhatian, meyakinkan, dan menyentuh atau menggerakkan. Berikut
uraian lebih rinci.
1.
Menarik
Perhatian
Ada sejumlah
daftar panjang mengenai bahan-bahan yang menarik perhatian. Inilah sebagian
dari daftar itu, yaitu sebagai berikut.
a. Hal
konkret, suspense, konflik, gerakan
yang berkaitan dengan sesuatu yang dikenal yang baru dan eksotik.
b. Fakta
sensasional.
c. Yang
berhubungan dengan peristiwa aktual, mode, dan sebagainya.
d. Kata-kata
berona dan gaya bahasa.
e. Struktur
kalimat yang beragam.
f. Kutipan
dan peribahasa yang diterapkan dengan
cara baru
g. Perbandingan,
contoh, anekdot.
h. Rangkaian
pernyataan atau fakta yang mengejutkan.
i. Ramalan.
j. Humur.
k. Yang
berhubungan dengan orang, tempat, atau peristiwa lokal.
Prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam memilih bahan-bahan di atas, yaitu sebagai
berikut.
a. Tunjukkan
bahwa topik itu berhubungan erat dengan kepentingan khalayak.
b. Hindari
satu jenis teknik pengembangan bahasan.
c. Gunakan
contoh-contoh yang spesifik dan konkret.
d. Ceritakan
kisah-kisah menarik.
e. Organisasikan
bahan-bahan itu atau berikan makna kepadanya secara orisinil, kreatif, dan
informatif.
2.
Meyakinkan
Untuk meyakinkan
pendengar, kita memerlukan bahasan tersendiri berkenaan dengan teknik-teknik
argumentasi. Bahan-bahan yang dapat meyakinkan adalah bukti. Ada empat bukti
yang harus dimasukkan ke dalam pidato, yaitu fakta, contoh, statistik, dan testimoni.
Ada empat teknik penyajian bukti, yaitu induksi, deduksi, hubungan kausal, dan
analogi.
3.
Menyentuh
atau Menggerakkan
Bahan-bahan yang
menyentuh atau menggerakkan adalah bahan-bahan yang mempunyai pengaruh
psikologis. Pembicaraan kita tentang daya tarik motif sangat relevan.
Penggunaan daya tarik motif melalui tiga tahap, yaitu analisis, seleksi, dan
adaptasi. Pertama, temukan keinginan,
harapan, cita-cita khalayak tertentu. Kedua,
pilihlah bahan-bahan yang sesuai dengan keinginan khalayak. Ketiga, hubungkan usulan kita dengan
kebutuhan, keinginan, dan kepentingan khalayak tersebut. Setelah Anda
menggunakan daya tarik motif (salah satu di antaranya), Anda dapat
mengintensifkannya dengan unsur-unsur emosi dan teknik-teknik penyesuaian,
seperti rasionalisasi, kompensasi, identifikasi.
E. Organisasi Pesan Persuatif
Pola yang
digunakan dalam pidato persuasif disesuaikan pada topik yang Anda bicarakan.
Berikut ini beberapa pola yang digunakan dalam pidato persuasif.
1.
Pola
Pemecahan Masalah
Pola ini
bertujuan untuk menjelaskan berbagai alternatif pemacahan masalah dan
menunjukkan alternatif terbaik. Busby dan Majors (Rahkmat, 2006:119) membuat
ikhtisar pola pemecahan masalah sebagai berikut.
I. Pengantar
atau pendahuluan
II. Isi
Pidato
A. Tunjukkan
Masalahnya
1. Apa
penyebabnya?
2. Siapa
yang bertanggung jawab?
3. Sejauh
mana urgensinya?
B. Tunjukkan
alternatif pemecahan
1. Adakah
pemecahan masalah?
2. Apa
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah?
3. Siapa
yang dapat bertindak mengatasi masalah?
C. Tunjukkan
pemecahan terbaik
1. Apa
yang pernah dilakukan orang untuk memecahkan masalah itu?
2. Mana
pemecahan yang Anda usulkan?
3. Mana
pemecahan yang disukai khalayak?
III. Kesimpulan
atau penutup
2.
Pola
Sebab-Akibat
Pola ini
dimaksudkan untuk melukiskan situasi yang terjadi. Dengan pola ini pendengar
diajak untuk memahami masalah lebih jernih dan mengerti sebab-sebabnya. Boleh
juga pola ini dipergunakan untuk membahas masalah yang sebab-sebabnya tidak
mudah diketahui. Busby dan Majors (dalam Rahkmat, 2006:119) membuat ikhtisar
sebagai berikut.
I. Pengantar
atau Pendahuluan
II. Isi
Pidato
A. Tunjukkan
sebab-sebab timbulnya kasus
1. Faktor-faktor
apa yang dapat menimbulkannya?
2. Apakah
kasus itu merupakan respon pada kasus lain?
3. Siapa
bertanggung jawab?
B. Tunjukkan
akibat-akibat kasus
1. Bagaimana
indikasi kasus?
2. Siapa
yang dikenai kasus?
3. Faktor-faktor
apa bagi yang terpengaruh?
C. Apa
yang dapat atau harus dilakukan
1. Apa
jalan keluarnya?
2. Bagaimana
jalan keluar itu menimbulkan efek yang dikehendaki?
3. Apa
faidah-faidahnya?
4. Siapa
yang harus melakukannya?
III. Kesimpulan
atau Penutup
3.
Pola
Pro-Kontra
Berikut
ini ikhtisar pola pro-kontra.
I. Pengantar
atau pendahuluan
II. Isi
Pidato
A. Tunjukkan
keuntungan-keuntungannya
1. Aspek
mana dari pokok pembicaraan yang paling menarik?
2. Keuntungan
apa yang bakal diperoleh pendengar?
B. Tunjukkan
kerugian-kerugiannya
1. Aspek
mana yang paling tidak menarik?
2. Adakah
kerugian atau biaya tersembunyi yang akan dialami pendengar?
C. Tunjukkan
bagaimana pendengar memperoleh keuntungan
1. Apakah
keuntungan lebih besar dari kerugian?
2. Langkah-langkah
apa yang harus diambil untuk memperoleh keuntungan?
3. Bagaimana
pendengar dapat berperan serta?
4. Bila
tindakan itu harus dilakukan?
4.
Pola
Urutan Bermotif
Pola ini lazim
disebut sebagai pola Monreo (dari perumusnya Dr. Alan h. Monreo). Berikut ini ikhtisar
pola urutan bermotif.
I. Pengantar
atau Pendahuluan
A. Perhatian
1. Bagaimana
menarik perhatian?
2. Bagaimana
memusatkan perhatian?
B. Kebutuhan
1. Apa
masalah yang dihadapi?
2. Apa
yang sudah diketahui khalayak?
3. Bagaimana
membuat khalayak merasakan kebutuhan itu?
II. Isi
Pidato
A. Pemuasan
1. Bagaimana
kebutuhan khalayak dapat dipuaskan?
2. Apa
tanda-tanda pemuas kebutuhan?
3. Di
mana pemuasan itu dapat diperoleh?
B. Visualisasi
1. Apa
keuntungan bagi khalayak?
2. Bagaimana
keadaannya bila kebutuhan itu terpenuhi?
III. Kesimpulan
atau Penutup
A. Imbauan
atau Tindakan
1. Apa
yang harus dilakukan khalayak untuk memperoleh pemuas kebutuhan?
2. Kapan
mereka harus bertindak?
BAB VI
PIDATO REKREATIF
Pidato
rekreatif adalah jenis pidato yang paling sukar dilakukan, tetapi paling cepat
diketahui maksudnya. Untuk menyampaikan pidato rekreatif, kita bukan hanya
memerlukan keterampilan berbicara, tetapi juga kecerdasan. Bab ini akan
menjelaskan karakteristik pidato rekreatif, teori-teori humor, teknik-teknik
membuat humor, dan organisasi pesan rekreatif.
A. Karakteristik Pidato Rekreatif
Pidato rekreatif
disampaikan dalam berbagai situasi, yaitu perhelatan atau pesta, pertemuan
kelompok, dan jamuan makan malam. Berikut ini karakteristik pidato rekreatif.
1. Gembirakan
diri Anda, maksudnya Anda tidak akan bisa menghibur orang lain, bila kabut
kesedihan menutup wajah Anda.
2. Hindari
rangkaian gagasan yang sulit, maksudnya dalam pidato rekreatif, Anda tidak
menyampaikan gagasan, pengetahuan, atau informasi. Namun, Anda sedang
menghibur, jadi pililah topik-topik yang enteng, sederhana, dan mudah dicerna.
3. Gunakan
gaya bercerita (naratif), maksudnya dalam berpidato Anda dapat memasukkan
berbagai cerita, anekdot, atau contoh konkret yang mendukung pidato Anda.
4. Berbicaralah
singkat, maksudnya dalam pidato rekreatif tidak dituntut mengikuti urutan
bermotif yang lengkap. Pidato rekreatif hanya sampai pada tahap perhatian saja.
B. Teori-teori Humor
Di
kalangan para filusuf dikenal tiga teori humor, yaitu sebagai berikut.
1. Teori
Superioritas dan Degradasi
Kita
tertawa bila menyaksikan sesuatu yang janggal atau kekeliruan atau cacat. Teori
ini tepat untuk menganalisis jenis-jenis humor, seperti satire. Satire adalah
humor yang mengungkapkan kejelekan, kekeliruan, atau kelemahan orang, gagasan,
atau lembaga untuk memperbaikinya. Satire dapat bersifat langsung dengan
membongkar hal-hal yang jelek atau membesar-besarkannya (exaggeration); atau tidak langsung melalui parodi, ironi, dan burlesque.
2. Teori
Biosasi
Teori ini
dirumuskan oleh Arthur koestler, tapi berasal dari filusuf-filusuf besar
seperti Pascal, Kant, Spencer, Schopenhauer. Menurut teori ini, humor timbul
karena kita menemukan hal-hal yang tidak kita duga atau kalimat (juga kata)
yang menimbulkan dua macam asosiasi. yang pertama, kita sebut teknik belokan mendadak
(unixpected turns) dan yang kedua
disebut asosiasi ganda (puns).
3. Teori
Pelepasan Inhibisi
Teori ini
diambil dari teori Sigmund Freud. Maksud teori ini adalah kita melepaskan
pengalaman yang tidak enak atau keinginan yang tidak terwujud kepada masyarakat.
C. Teknik-teknik Humor
Dari dua teori
yang pertama di atas, kita akan menjelaskan beberapa teknik humor beserta
contoh-contohnya. Dari teori pertama, kita akan mengambil exaggeration, parodi, ironi, burlesque, perilaku aneh para tokoh,
dan perilaku orang lain. dari teori kedua kita akan membahas belokan mendadak
dan puns.
1. Exaggeration
Exaggeration
berarti
melebihkan sesuatu secara tidak proposional. Exaggeration dilakukan untuk
membongkar kejelekan sejelas-jelasnya dengan maksud mengoreksinya. Misalnya,
murid-murid sekolah melakukan eaxggeration,
ketika mereka melukiskan saat guru memberikan pelajaran sebagai “hujan
lokal”.
2. Parodi
Parodi berasal
dari bahasa Yunani ‘para’ , di samping dan ‘oide’, lagu) adalah sejenis
komposisi di mana gaya suatu karya (seperti prosa, puisi, atau prosa liris)
yang serius ditiru dengan maksud melucu. Dalam pidato rekreatif, parodi dapat
berupa peniruan suara dan gaya bicara seorang tokoh atau peniruan verbal
terhadap karya sastra atau karya-karya tulis yang serius. Inilah contoh
kata-kata serius yang diparodikan: konferensi
Nona Blok A, Telorisme, biduanita ICMI AZIZ, Bergincu dalam Melodi, Dunia dalam
Derita.
3. Ironi
Ironi (berasal
dari kata Yunani eiron “seseorang
yang mengatakan lebih sedikit dari apa yang dipikirkan”) adalah menggunakan
kata-kata untuk menyampaikan makna yang bertentangan dengan makna harfiahnya. Berikut
contoh Ironi.
Fatwa Jenggot
Seluruh lapisan ambtenaar Jawa Barat
mulai sekarang musti meningkatkan ketertiban, keamanan dan kerapian, dengan
cara membabat habis jenggot sampai ke antek-anteknya dan akar-akarnya.
Jenggot tidak menambah ganteng
wajah, malah bisa mengurangi keramahan, menakutkan
rakyat dan mengganggu efektifitas kerja. Lebih dari itu, jenggot bikin kita
ingat para Mullah atau Ayatullah kaum Syi’ah yang ekstremis. Juga Karl Marx.
Bikin tak sedap.
Sebuah universitas di sebuah negeri
pernah melarang seluruh civitas akademikanya untuk berjenggot. Tapi, sesudah
terjadi kekacauan demonstrasi oleh oknum-oknum yang justru bersih jenggot, maka
kemudian dianjurkan memelihara jenggot.
Saya pikir larangan jenggot saja
tidak cukup!
Kalau kita ingin menjadi bangsa
besar, kita musti cermat mengurusi hal-hal kecil. Seluruh rambut manusia – yang
namanya berbeda-beda berdasarkan lokasinya – sebaiknya ditertibkan. Baik
potongannya, arah cuatan-cuatannya, maupun jumlahnya. Jangan pernah berpikir
bahwa sehelai rambut tidak bisa melakukan tindak subversi.
........................................................................................................................
Negara yang santun kepada warganya
memang perlu mengurusi nasib seluruh bagian kehidupan di wilayahnya sampai yang
sekecil-kecilnya. Kita butuh fatwa jenggot, fatwa panjang pendeknya kuku, fatwa
tentang gincu merk apa yang mesti di pakai ....
4. Burlesque
Burlesque
(berasal
dari bahasa Itali “burlesco”, lelucon,
hal-hal yang menggelikan) adalah teknik membuat humor dengan memperlakukan
hal-hal yang seenaknya secara serius atau hal-hal yang serius secara seenaknya.
Saya harus mengutip lagi Humor (No.35)
rubrik Ilmu Ketahuan (judul yang paradik):
8 Keanehan Pesawat Terbang
a. Tidak
ada penumpang berdiri, walaupun pada hari-hari besar sekali.
b. Kalau
terjadi kecelakaan, dicari sampai ketemu, meskipun penumpangnya cuma dua orang.
c. Makanan
dan minuman gratis dan tidak ada kondektur yang narik karcis.
d. Tidak
memerlukan kaca spion samping dan presneling mundur.
e. Kaca
jendela dikunci mati karena tidak ada pedagang asongan yang beroperasi
sebagaimana yang terjadi di bus-bus umum.
f. Tidak
pernah berhenti di udara dan kena razia surat-surat perlengkapan pesawat
terbang oleh polisi lalu lintasdi langit.
g. Tempat
duduk dilengkapi dengan ikat pinggang, jadi sangat cocok bagi Anda yang belum
sempat makan.
h. Ada
ucapan selamat datang menjelang berangkat dan terima kasih sesampainya di
tujuan. Di kereta api, bus, apalagi mikrolet, mana ada?
5. Perilaku
Aneh Para Tokoh
Para tokoh sudah
menarik dengan sendirinya; apalagi bila perilakunya aneh. Sesuai dengan teori
superioritas, kita memperoleh kesenangan bila kita melihat hal-hal yang ganjil
atau menyimpang pada perilaku orang lain. kesenangan itu lahir karena kita
tidak menderita keganjilan itu. Kita lebih baik dari objek yang kita
tertawakan. Tentu saja kesenangan kita itu menjadi luar biasa, bila objek yang
kita tertawakan itu adalah orang-orang besar. Misalnya, kisah Edison berikut
ini.
Dalam
suatu pertemuan untuk menghormati penemuan mesin bicara (gramafon) dari Edison,
seseorang memperkenalkan siapa Edison. Pidato pengantarnya sangat panjang dan
bertele-tele. Para pendengar melihat bahwa pembicara seperti tidak bisa
berhenti (dalam bahasa komputer, ia tidak bisa exit). Setelah pemberi
pengantar, Edison berpidato. Ia memulai pidatonya dengan berkata, “Saya menghaturkan
terima kasih kepada Bapak (pembicara terdahulu) atas pujiannya. Tetapi saya
ingin memberikan koreksi. Tuhanlah yang menciptakan mesin bicara. Saya hanyalah
orang yang pertama kali menemukan mesin bicara yang bisa disuruh diam”.
6. Perilaku
Orang Aneh
Perilaku
bangsa-bangsa yang aneh atau orang-orang aneh selalu dijadikan bumbu-bumbu
humor. Akan tetapi, penggunaannya dalam pidato rekreatif harus dilakukan sangat
hati-hati. Bila kita agak ceroboh, Anda bisa dihukum karena SARA. Misalnya,
ketika Abdurrahman Wahid pernah memberi kata pengantar untuk Mati Ketawa Cara Rusia. Seperti judulnya
buku itu berisi guyonan Rusia. Akan tetapi, Gusdur mempunyai pembendaharaan
humor yang kaya, mencakup berbagai bangsa. Ia sendiri sebetulnya orang aneh.
Karena itu, saya hanya ingin bercerita tentang dirinya saja. Ia mempunyai anak
yang belajar di Fakultas Psikologi. Ketika saya tanya mengapa anak kiai belajar
psikologi (psikologi klinis lagi), Gus Dur menjawab, “Di NU banyak yang
gendeng”. Saya bertanya lagi “Apakah bukan karena ia ingin berkhidmat pada
bapaknya?”
7. Belokan
Mendadak
Teknik ini
dirumuskan Monreo sebagai berikut: bawalah khalayak Anda untuk meyakini bahwa
akan berbicara yang biasa: kemudian katakanlah sebaliknya. Sekali waktu saya
mengambil program S3 (doktor) di UNPAD. Saya menghadiri kuliah dengan rajin, di
samping mengajar mahasiswa S2. Saya sangat dekat dengan para profesor dan
pimpinan Fakultas Pascasarjana. Otak saya juga rasanya lumayan. Karena itu,
setelah bekerja keras selama berahun-tahun, saya mendapat hasil yang
membahagiakan. Saya di-DO. Kata terakhir ini disebut belokan mendadak.
8. Puns
Puns
adalah
teknik mempermainkan kata-kata yang mempunyai makna ganda. Saya pernah
memberikan contohnya pada kata “conceive”
dan “deliver” dalam bahasa
Inggris. Dalam bahasa Indonesia, kita memiliki banyak sekali kata yang seperti
itu. Perhatikanlah kalimat-kalimat di bawah ini.
Pemilu
betul-betul membuat saya pilu.
Dengan secangkir
kopi, ia berhasil membuat seratus kopi.
Saya
menolak karena pertimbangan ke-pribadi-an. Ia tidak mempunyai kendaraan pribadi , sopir pribadi, perusahaan
pribadi, rumah pribadi.
D. Organisasi Pesan
Monreo (dalam
Rahkmat, 2006:134) menyarankan dua cara mengorganisasikan pesan rekreatif. Pertama, teknik satu pokok (one-point speech), memusatkan
pembicaraan hanya pada satu pokok pembicaraan saja. Kedua, meniru organisasi pesan persuasif dan memberlakukannya
secara main-main. Dengan kata lain, pidato kita adalah pidato persuasif yang
dijadikan burlesque. Berikut ini
penjelasan Monreo (dalam Rahkmat, 2006:134-136) tentang keduanya.
1.
Teknik
Satu Pokok
Jika Anda
menggunakan teknik ini, pidato Anda merupakan serangkaian ilustrasi, anekdot,
dan kontras-kontras humor yang disampaikan secara cepat. Setiap satuan humor
harus dipusatkan pada satu gagasan utama. Berikut ini rumusan sederhana untuk
organisasi seperti itu.
a. Kisahkan
cerita atau berikan ilustrasi.
b. Tunjukkan
gagasan pokok yang menjadi pijakan untuk mempersatukan rincian pembicaraan
Anda.
c. Ikuti
dengan serangkaian cerita dan ilustrasi tambahan.
d. Tutup
dengan mengulang kembali gagasan utama yang telah Anda jelaskan.
2.
Urutan
Bermotif Burlesque
Ketika Anda
menggunakan metode kedua ini, pidato Anda hanya mengandung tahap perhatian
saja, ditinjau dari rekreasi psikologis pendengar. Akan tetapi, struktur
pembicaraan dapat disusun berdasarkan urutan bermotif, yang mempermainkan
tahap-tahap yang digunakan dalam persuasi serius.
Tahap
perhatian, mulailah pembicaraan Anda dengan salah
satu di antara empat cara ini: hubungkan dengan kejadian lucu yang aktual, buat
kelucuan yang diarahkan pada pembawa acara atau siapa saja, kisahkan cerita
atau anekdot. Kemudian, dengan cara tertentu, hubungkan permulaan pembicaraan
Anda dengan tahap kedua.
Tahap
kebutuhan dan pemuasan, sajikan masalah serius, perbesar
tingkat keseriusannya melebihi proposisinya, kemudian tawarkan pemecehan yang absurd atau tunjukkan bagaimana
pemecahan yang aktual itu juga absurd, atau
sajikan masalah yang absurd, kemudian
berikan metode pemecahan masalah yang absurd.
Masukkan sejumlah anekdot lucu untuk menegaskan kejanggalan-kejanggalan.
Tahap
visualisasi, pada tahap ini perbesar kejanggalan itu dengan menambahkan lagi
gambaran kondisi yang dilebih-lebihkan. Selanjutnya tahap tindakan, pada tahap ini tutup pembicaraan Anda secara cepat
dengan mempermainkan tuntutan tindakan yang juga dibesar-besarkan. Buatlah
sentuhan terakhir ini pendek dan lucu.
Sumber:
Rahkmat, Jalaluddin. 2006. Retorika
Modern Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosadakarya.
Langganan:
Postingan (Atom)