Metode
penelitian naskah kuno, menurut Baried (1985:67), yaitu sebagai berikut.
a. Pencatatan
dan pengumpulan naskah
Setelah
kita menentukan naskah mana yang akan kita teliti, hal yang harus kita lakukan
adalah mencatat naskah dan teks cetakan yang berjudul sama atau berisi cerita
yang sama. Kemudian perlu juga kita mengumpulkan ulasan-ulasan mengenai teks
naskah itu seluruhnya atau sebagian yang terdapat dalam karya-karya lain.
Tindakan selanjutnya adalah resensi atau pensahihan, yaitu penentuan arketip
(naskah mula) berdasarkan pebandingan naskah yang termasuk satu stema (silsilah).
Setelah itu dilakukan emendasi, yaitu pembetulan dalam arti mengembalikan teks
kepada bentuk yang dipandang asli yang kerap kali dilakukan melalui kritik
teks.
b. Metode
Kritik Teks
Berdasarkan
edisi-edisi yang telah ada, dapat dicatat beberapa metode yang pernah
diterapkan dalam kritik teks, yaitu sebagai berikut.
1) Metode
intuitif
Metode
ini digunakan pada zaman humanisme ketika orang ingin mengetahui bentuk asli
karya-karya klasik Yunani dan Romawi. Bekerja secara intuitif, yaitu dengan
cara mengambil naskha yang dianggap paling tua. Di tempat-tempat yang
diapandang tidak betul atau tidak jelas, naskah itu diperbaiki berdasarkan
naskah lain dengan memakai akal sehat, selera baik, dan pengetahuan luas.
Metode ini bertahan sampai abad ke-19.
2) Metode
Objektif
Dipelopori
oleh Lachmann dkk. Pada tahun 1830-an yang meneliti secara sistematis hubungan
kekeluargaan antara naskah-naskah sebuah teks atas dasar perbandingan naskah
yang mengandung kekhilafan bersama. Apabila dari sejumlah naskah yang selalu
mempunyai kesalahan yang sama pada tempat yang sama pula, dapat disimpulkan
bahwa naskah-naskah tersebut berasal dari satu sumber (yang hilang). Dengan
memperhatikan kekeliruan-kekeliruan bersama dalam naskah tertentu, dapat
ditentukan silsilah naskah. Setelah itu, barulah dilakukan kritik teks yang
sebenarnya. Metode objektif yang sampai kepada silsilah naskah disebut metode
stema. Penerapan metode stema ini
sangat penting karena pemilihan atas dasar objektvitas selera baik dan akal
sehat dapat dihindari.
3) Metode
Gabungan
Metode
ini dipakai apabila nilai naskah menurut tafsiran filologi semuanya hampir
sama. Perbedaan antara naskah tidak besar. Walaupun ada perbedaan, tetapi hal
itu tidak mempengaruhi teks. Pada umumnya yang dipilih adalah bacaaan mayoritas
atas dasar perkiraan bahwa jumlah naskah yang banyak itu merupakan saksi bacaan
yang betul. Dalam hal ada yang meragu-ragukan karena, misalnya, jumlah naskah
yang mewakili bacaan tertentu sama dipakai pertimbangan lain, di antaranya
kesesuaian dengan norma tata bahasa, jenis sastra, keutuhan cerita,
faktor-faktor literal lain dan latar belakang pada umumnya. Dengan metode ini,
teks yang disunting merupakan gabungan dari semua naskah yang ada.
4) Metode
Landasan
Metode
ini diterapkan apabila menurut tafsiran ada satu atau segolongan naskah yang
unggul kualitasnya dibandingkan dengan naskah-naskah yang diperiksa dari sudut
bahasa, kesastraan dan sejarah, dan lain sebagainya sehingga dapat dinyatakan
sebagai naskah mengandung paling banyak bacaan yang baik. Oleh karena itu,
naskah itu dipandang paling baik sebagai untuk dijadikan landasan atau induk
teks untuk edisi. Metode ini disebut juga metode induk atau metode legger (landasan).
5) Metode
Edisi Naskah Tunggal
Apabila hanya ada naskah tunggal dari suatu tradisi sehingga
perbandingan tidak mungkin dilakukan, dapat ditempuh dua jalan. Pertama, edisi diplomatik, yaitu
menerbitkan satu naskah seteliti-telitinya tanpa mengadakan perubahan. Kedua, edisi
standar, yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil
dan ketidakajegkan, sedangkan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku.
0 komentar:
Posting Komentar