Artikel jurnal ini telah terbit pada JURPIPAS Jurnal Pendidikan Lembaga Penelitian STKIP-YDB Vol IV, No. 1, Januari-Juni 2015 dengan ISSN 2252-7540 STRUKTUR TEKS DAN ASPEK PENDUKUNG TUTURAN RITUAL MANTRA PENGOBATAN DI KENAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA Endang Wahyuningsi Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Ahlussunnah Bukittinggi Email: endang_wahyuningsi@ymail.com Abstract This study aimed to describe about structure text utterance ritual spell treatment and proponent aspects of reading utterance ritual spell treatment in Koto Baru Village, Koto Baru Subdistrict, Dharmasraya Regency. This research uses qualitative approach with descriptive methods. The informants in this study are three people shamans or charmers who owns and uses spell treatment. Data collected by observation techniques, interview, and recording. This research result shows that structure text utterance ritual spell treatment consist of opening section, content section, and closing section. On proponent aspects of reading utterance ritual spell treatment found (1) time, (2) place, (3) event, (4) doer, (5) equipment, (6) clothes, and (7) rendition of spell. Kata kunci: text structure, supporting aspect, ritual utterences; spells treatment PENDAHULUAN Sastra lisan yang ada di Minangkabau adalah sastra lisan dalam bentuk puisi rakyat berupa mantra. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamaris (2002:10) bahwa mantra adalah puisi yang tertua dalam sastra Minangkabau dan dalam berbagai bahasa daerah lainnya. Selanjutnya, Zaidan (2004:127), menambahkan bahwa mantra adalah puisi melayu lama yang dianggap mengandung kekuatan gaib, yang biasanya diucapkan oleh pawang atau dukun untuk mempengaruhi kekuatan alam semesta atau binatang. Mantra merupakan aset nasional yang tersimpan dalam kebudayaan daerah yang mencerminkan nilai-nilai budaya. Nilai-nilai tersebut perlu diangkat ke permukaan agar maknanya dapat diserap oleh masyarakat dan juga dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Sebagai kesusastraan tertua, mantra disebarkan dari mulut ke mulut yang mempunyai struktur pembentuk. Menurut Yusuf (2001:15), salah satu unsur pembentuk struktur mantra, yaitu pola kalimat atau konstruksi kalimat. Pola kalimat pada mantra mencakup bagian pembuka, isi, dan penutup. Artinya terdapat kata-kata khusus yang digunakan untuk membuka dan menutup mantra. Lebih lanjut, Yusuf (2001:1) yang meneliti mantra bahasa Aceh menemukan kalimat bismillahirrahmanirrahim sebagai bagian pembuka mantra dan kalimat lailahaillallah sebagai bagian penutup mantra. Mantra itu biasanya digunakan dalam berbagai kesempatan, menurut Medan yang dikutip dalam Djamaris (2002:11), menjelaskan bahwa “Mantra masih digunakan oleh dukun atau pawang dalam masyarakat Minangkabau, antara lain pada waktu memasang tiang utama pembangunan rumah, pada waktu mengobati orang sakit, pada waktu menangkap harimau, menangkap ikan di laut, menahan hujan bila ada kenduri, pada waktu menyemai benih atau pada waktu memulai menanam padi di sawah. Pada waktu membacakan mantra terdapat aspek-aspek pendukung pembacaan mantra, hal ini sesuai dengan pendapat Soedjijono (1987:91-92), bahwa aspek pendukung pembacaan mantra adalah berikut ini. (a) Waktu pembacaan mantra. (b) Tempat pembacaan mantra. (c) Peristiwa atau kesempatan dalam membacakan mantra. (d) Pelaku yang membawakan mantra. (e) Perlengkapan dalam membawakan mantra. (f) Pakaian dalam membawakan mantra. (g) Cara membawakan mantra. Mantra yang digunakan oleh pawang atau dukun untuk berhubungan dengan kekuatan gaib, bukan hanya kepandaian mengucapkan bunyi mantra, akan tetapi melalui proses atau persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh calon dukun atau pawang tersebut. Menurut Soedjijono (1987:100), untuk memiliki kesaktian gaib dalam rangka memiliki mantra, diperlukan sejumlah laku, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu laku sederhana dan laku hidup taprabata. Laku hidup sederhana yang dimaksudkan adalah sifat yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin memiliki kesaktian gaib dalam rangka memiliki mantra. Sifat tersebut, yaitu: setia, sentosa, benar, pintar dan susila. Sedangkan laku hidup tapabrata yaitu persyaratan yang harus dipenuhi oleh seseorang calon pawang atau dukun dengan cara mengendalikan hawa nafsu. Mantra pengobatan adalah perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib yang digunakan untuk menyembuhkan seseorang dari penyakit. Namun, sesuai dengan perkembangan zaman saat ini, tradisi mantra sudah jarang dipergunakan, bahkan masyarakat modern beranggapan bahwa tradisi mantra sudah kuno, tidak cocok lagi diterapkan dalam masyarakat sekarang. Dengan semakin longgarnya ikatan antara masyarakat modern dengan tradisi lama, maka dikhawatirkan bentuk-bentuk sastra lisan seperti mantra semakin lama semakin tidak diketahui dan tidak digunakan oleh masyarakatnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada saat ini, khususnya pada ilmu kesehatan modern mengakibatkan pengobatan tradisional yang disertai dengan mantra-mantra dianggap masyarakat sebagai upaya pengobatan kuno. Hal ini mengakibatkan keberadaan mantra pengobatan ini mengalami kemunduran di tengah-tengah masyarakat pemiliknya. Tidak terkecuali di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya yang merupakan daerah kabupaten baru yang sedang berkembang. Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui beberapa permasalahan tentang mantra yang harus dikaji. Permasalahan itu antara lain adalah (1) asal-usul mantra, (2) aspek religius yang ada pada mantra, (3) persepsi masyarakat terhadap keberadaan mantra, (4) struktur mantra yang menanyakan struktur teks (isi) mantra, (5) aspek pendukung pembacaan mantra, (6) proses pewarisan mantra. Dengan mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan mantra akan menambah khasanah budaya yang telah terkubur di dalam masyarakat pemiliknya. Bertolak dari kenyataan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya dan mendeskripsikan aspek pendukung pembacaan tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hal ini sesuai dengan pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005:4) bahwa penelitian kualitatif adalah seperangkat prosedur penelitian yang menghasilkan data-data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang bisa diamati. Senada dengan pendapat di atas, Lofland (dalam Moleong, 2005:157) menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, maka data dalam penelitan ini adalah tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya yang titik fokusnya pada teks mantra dan aspek pendukung pembacaan mantra tuturan ritual mantra pengobatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berikut ini. (1) Observasi ke lapangan untuk mencari informasi tentang informan yang memenuhi syarat sebagai informan dalam penelitian dan untuk mengetahui mantra-mantra pengobatan apa saja yang sampai saat ini masih terdapat di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya, serta untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan kepentingan penelitian. (2) Wawancara, dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan sesuai dengan kepentingan penelitian. (3) Rekam, dengan merekam data lisan yang diucapkan oleh informan. (4) Catat, mencatat semua informasi yang telah didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan rekam tersebut. (5) Verifikasi data, yaitu memisahkan data yang relevan dengan penelitian dan data yang tidak relevan dengan penelitian. Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2005:330) teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain. Teknik penganalisisan data dalam penelitian ini berpedoman pada pendapat Semi (1993:31-32), yaitu pada tahap ini dilakukan analisis data, pemberian interpretasi, dan melakukan deskripsi bagian demi bagian yang ditemukan dalam penelitian. Selanjutnya, dirumuskan kesimpulan umum tentang hasil deskripsi data, dan kemudian memaparkan hasil penelitian secara lengkap dalam bentuk tertulis. Berdasarkan pendapat Semi tersebut, maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini. (a) Inventaris data dari beberapa informan melalui teknik observasi, wawancara, dan rekam. (b) Mentranskripsikan data rekam ke dalam data tulis. (c) Mentransliterasikan data ke dalam bahasa Indonesia. (d) Menganalisis mantra berdasarkan aspek yang dikaji. (5) Pemberian interpretasi berdasarkan aspek yang dikaji. PEMBAHASAN Struktur Teks Tuturan Ritual Mantra Pengobatan Pembuka Struktur teks tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya terdiri atas kalimat pembuka, diantaranya pada mantra milik informan pertama dan informan ketiga, namun pada mantra milik informan kedua tidak ditemukan kalimat pembuka mantra. Kalimat pembuka mantra yang ditemukan menggunakan bahasa arab. Pertama, pada mantra milik informan pertama, yaitu menggunakan kalimat a’uzubillahiminasysyaitha nirrajim, bismillahirrahmanirrahim, Asyhadu alla illaha illallah, Wa asyhadu anna muhammadar rasulullaah , Subhanallah walhamdulillah wala illahaillah, dan Huallahu akbar. Kedua, pada mantra milik informan ketiga menggunakan kalimat bismillahirrahmanirrahim. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa struktur pembuka mantra ada yang menggunakan kosa kata agama dan ada yang tidak. Jika, dikaitkan dengan mantra yang mengandung unsur magic, maka dapat disimpulkan bahwa struktur pembuka mantra menggunakan kosa kata dalam bidang agama Islam yang dimaksudkan untuk memberikan kesan keberkahan dan keyakinan untuk sembuh dari penyakit. Dengan kata lain, unsur mantra telah dipengaruhi oleh kosa kata di bidang agama khususnya agama Islam. Isi Struktur tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya memiliki bagian isi. Pada semua struktur tuturan ritual mantra pengobatan yang dibacakan oleh ketiga informan memiliki bagian isi. Bagian isi menggunakan kalimat bahasa Minangkabau dan bahasa Arab dan pada umumnya setiap isi yang ada di dalam struktur tuturan ritual mantra pengobatan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Untuk lebih jelasnya berikut ini. 1) Mantra (do’a) melihat sebab penyakit Alhamdulillahirabbil a’lamin Arrahmaanirrahim Malikiyau middin Iyya kana’budu wa iyya ka nasta’in Ihdi nashshiratal mustakim Shirathallazi na an’amta a’laihim ghairil maghdu bi a’laihim waladhdhaalin Amin Qulhuwallaahu ahad Allahusshamad Lam yalid wa lam yulad Walam yakullahu kufuan ahad Sturktur isi teks mantra di atas merupakan surat yang terdapat dalam kitab suci Alqur’an, yaitu surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas. Surat Al-Fatihah merupakan surat pertama yang terdapat dalam Al-quran dan merupakan bacaan wajib di dalam shalat. Selanjutnya, surat Al-Ikhlas merupakan surat yang ke-111 di dalam Al-Qur’an. 2) Mantra pengobatan segala penyakit Hai Jibril A’laihi Salam Hai Israil A’laihi Salam Hai Israfil A’laihi Salam Hai Mikail A’laihi Salam Hai Rakib A’laihi Salam Hai Atib A’laihi Salam Hai Kiraman A’laihi Salam Hai Katibin A’laihi Salam Hai Ridwan A’laihi Salam Hai Malik A’laihi Salam Injil yang penuh mukjizat Taurat yang penuh mukjizat Zabur yang penuh mukjizat Furqan yang penuh mukjizat Alqur’an yang penuh mukjizat Liputi dek engkau batang tubuh aku Punyo tawau Allah Yang mambawo tawau Jibril Yang manawauan Muhammad Struktur isi teks mantra di atas ada tiga. Pertama, pada bagian pertama terdapat nama-nama malaikat yang terdapat dalam kepercayaan agama Islam, dan ada dua nama malaikat yang unik, yang baru diketahui, yaitu Kiraman dan Katibin, yang menurut informan adalah pengganti nama malaikat Mungkar dan Nangkir. Kedua, pada bagian kedua terdapat nama-nama kitab suci yang diakui sebagai mukjizat dari Yang Maha Kuasa, yaitu kitab Injil, Taurat, Zabur, dan Al-qur’an, dan ada satu kitab yang disebutkan dalam mantra tersebut, yaitu kitab Furqon yang menurut informan adalah kitab pembeda antara kitab-kitab suci yang ada sebelum kitab Al-quran yang merupakan kitab akhir zaman. Ketiga, pada bagian ketiga merupakan pernyataan tentang yang memberikan kesembuhan adalah Allah (sang Pencipta), sedangkan yang menjadi perantara adalah jibril, dan yang terakhir sebagai pelaksana atau yang melakukan pengobatan diistilahkan dengan nama Muhammad. 3) Mantra pengobatan penyakit mata O, nek nobi Uyub Nobi gughun nobi Uyub Nobi kami nobi Muhammad Kami nak mintak ubek Ubek si anu namo e Maambek e basondi bosi nek O, nek nobi Liye Nobi umpuik nobi Liye Nobi kami nobi Muhammad Kami nak mintak ubek Ubek si anu namo e Maambek e basondi bosi nek O, nek nobi Lilik Nobi akau nobi Lilik Nobi kami nobi Muhammad Kami nak mintak ubek Ubek si anu namo e Maambek e basondi bosi nek Struktur isi mantra di atas, diawali dengan menyeru atau menyapa nama-nama nabi, baik itu nabi Uyub yang merupakan nama nabi untuk gurun; nabi Liye untuk sebutan nabi rumput; dan nabi Lilik untuk sebutan nabi Akar. Selanjutnya, informan menyatakan bahwa nabi ‘kami’ adalah nabi Muhammad yang merupakan nabi akhir zaman. Kemudian, setiap bagian akhir mantra diucapkan pernyataan bahwa mnegambil obat tersebut dengan menggunakan (basandi bosi) pisau dan parang. 4) Mantra pengobatan penyakit kuro Wahai si kuro Mandi di ulak kubangan Mati lu Matilah kuro Mati ditakan ampu jari Aku tau di asal engkau Di katuban darah di asal engkau Struktur isi mantra pengobatan di atas, diawali dengan menyapa nama penyebab penyakit, yaitu si Kuro. Selanjutnya, dinyatakan bahwa penyakit tersebut diobati dengan menekan empu jari dan sumber penyakit tersebut dikembalikan ke asalnya. Jadi, isi dalam mantra ini, yaitu memaparkan penyebab penyakit, mulai dari mana asalnya, dan cara mengobatinya. Penutup Struktur tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya memiliki bagian penutup. Setelah dianalisis struktur mantra yang dibacakan oleh ketiga informan memiliki kalimat penutup. Kalimat penutup yang ditemukan di dalam struktur tuturan ritual mantra pengobatan yang dibacakan oleh ketiga informan adalah Asyhadu alla illaha illallah, Wa asyhadu anna muhammadar rasulullaah, kun, zat, sifat, oning engkau dalam batang tubuh (bagian mana yang sakit) si Anu (nama orang yang sakit), yo ambeklah, dan yo ambeklah (ya, ambillah) berkat kalimah laillaha illallah. Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui tiga hal. Pertama, kalimat penutup pada mantra menggunakan bahasa Arab dan bahasa daerah. Kedua, kalimat penutup pada mantra dengan menyebutkan nama orang yang sedang diobati. Ketiga, terdapat juga pernyatan tersirat bahwa semua hal yang dilakukan dikembalikan kepada Yang Maha Esa. Aspek Pendukung Pembacaan Tuturan Ritual Mantra Pengobatan Waktu Waktu merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dalam membawakan sebuah mantra. Menurut Soedjijono (1987:93) waktu yang baik untuk membawakan mantra, yaitu pada malam hari, waktu senja atau sore hari, dan waktu pagi hari. Sedangkan menurut Boestami (1985:55) waktu yang baik dalam membawakan mantra adalah petang Jumat, Sabtu, dan Minggu. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan tentang waktu membawakan tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya, yaitu berikut ini. (1) Menurut informan pertama dan ketiga adalah bebas maksudnya boleh pagi, siang, sore, dan malam yang disesuaikan dengan ada tidaknya orang yang mau berobat, begitu juga dengan hari juga tidak ditentukan. (2) Menurut informan kedua adalah pada pagi, siang, dan sore yang disesuaikan dengan ada tidaknya orang yang mau berobat, serta hari tidak ditentukan. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui dua hal. Pertama, mantra milik informan pertama dan ketiga tidak ada ketentuan waktu yang ditentukan, hanya tergantung pada ada tidaknya orang yang berobat. Kedua, mantra milik informan kedua, dibatasi waktunya, yang tidak dilakukan pada malam hari, hal itu dikarenakan mantra dibacakan langung ketika mengambil bahan obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, berbeda dengan informan pertama, yang bahan obat-obatannya disediakan oleh orang yang berobat, sedangkan pada informan ketiga hanya mengandalkan empu jari sebagai media untuk mengobati pasien. Tempat Tempat juga menentukan tercapainya efek spiritual yang diinginkan, menurut Soedjijono (1987:94) tempat membawakan mantra diklasifikasikan menjadi tiga kelompok: (1) tempat bebas, artinya dapat dibaca dimana saja, di dekat objek atau jauh dari objek, (2) tempat khusus, artinya tempat tertentu yang dikhususkan untuk membacakan mantra, baik tempat atau kamar yang sepi maupun tempat-tempat tertentu, seperti di depan pintu atau di halaman rumah, dan (3) di tempat keperluan artinya di tempat di mana mantra dibaca untuk ditujukan pada objek. Selanjutnya, menurut Boestami (1985:94) tempat yang baik dalam membawakan mantra adalah di mesjid dan di lapangan terbuka. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan tentang tempat membawakan tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya adalah bebas dan di tempat keperluan. Tempat bebas maksudnya tempat dalam membawakan mantra tidak ditentukan dengan maksud bahwa mantra dapat dibaca di mana saja, di dekat objek atau jauh dari objek. Selanjutnya, di tempat keperluan artinya mantra dibaca di tempat orang yang sedang sakit atau langsung ditujukan pada objek yang akan dibacakan mantra. Peristiwa Dalam membawakan mantra diperlukan peristiwa-peristiwa khusus dalam membacakan mantra. Menurut Soedjijono (1987:95) peristiwa atau kesempatan dalam membawakan mantra dibagi menjadi dua, yaitu pada kesempatan menghadapi objek atau mengalami suatu keadaan dan pada kesempatan dalam memulai suatu kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan tentang peristiwa dalam membacakan tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya adalah pada kesempatan menghadapi objek atau mengalami suatu keadaan dan pada kesempatan dalam memulai suatu kegiatan. Pertama, pada kesempatan menghadapi objek atau mengalami suatu keadaan maksudnya informan membacakan mantra pengobatan apabila penyakit orang yang sakit kambuh, misalnya pada penyakit kemasukan setan. Kedua, pada kesempatan dalam memulai kegiatan maksudnya mantra dibacakan sewaktu akan mengobati orang atau mengambil bahan obat-obatan, dan pada waktu manawauan obat. Pelaku Menurut Soedjijono (1987:95-96) mantra dapat dimiliki secara profesional, artinya hanya boleh dimiliki oleh orang-orang yang profesinya sebagai dukun atau pemilik mantra, tetapi dapat pula dimiliki secara tidak profesional. Pertama, mantra yang dimiliki oleh orang-orang yang profesional, sebagian hidupnya ditumpahkan pada pemilikan dan pengalaman mantranya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang memerlukan bantuannya. Kedua, pemilikan secara tidak profesional dapat dilakukan oleh siapa saja, dengan suatu persyaratan yang tidak terlalu berat dan ketat karena pemilikan semacam itu pada umumnya untuk dirinya sendiri atau untuk pengalaman terbatas. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan tentang pelaku dalam membacakan tutran ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya adalah pelaku profesional. Hal ini dapat diketahui karena informan tidak hanya mengobati dirinya sendiri, akan tetapi juga mengobati orang lain. Perlengkapan Dalam membawakan sebuah mantra diperlukan perlengkapan. Perlengkapan tersebut digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dengan zat yang bersifat gaib. Menurut Soedjijono (1987:96) perlengkapan dalam membawakan mantra antara lain menggunakan kemenyan, sesaji (semacam korban), dupa, air putih. Selanjutnya, menurut Boestami (1985:61) perlengkapan dalam membawakan mantra adalah kemenyan, colok (obor), tabuh (beduk), tasbih, rebana, pendupaan, baskom, pisau siraut, topal (kitab suci Al-qur’an yang ditulis dengan tulisan tangan), dan bedil. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan tentang perlengkapan dalam membawakan tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya adalah berbeda pada setiap informan. Informan pertama menggunakan perlengkapan yang pertama untuk melihat sebab penyakit, yaitu dengan menggunakan tasbih, telur ayam, dan jeruk nipis, yang kedua untuk manawauan bahan obat-obatan yang berasal dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhn yang tergantung kepada jenis penyakit yang akan diobati. Selanjutnya, informan kedua menggunakan perlengkapan berupa parang dan pisau, serta setiap pasien yang akan berobat harus memberikan syarat, yaitu sebuah peniti kepada informan. Pada informan ketiga tidak menggunakan perlengkapan, tetapi hanya mengandalkan ibu jari tangannya. Pakaian Pakaian dalam membawakan mantra juga menentukan terkabulnya atau tidaknya dari sebuah efek mantra. Pada suatu upacara religius ada aturan yang ketat dengan pakaian. Bahkan kaum rohaniawan terkadang telah memiliki kostum khusus seperti biksu, kyai, fastur, sehingga kostum itu merupakan salah satu indikator keterlibatan pemakaian pada bidang rohaniawan atau spiritual. Menurut Soedjijono (1987:98) yang perlu diperhatikan dalam membawa mantra adalah pakaian itu bersih, sopan, dan suci. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan tentang pakaian dalam membawakan tuturan ritual mantra pengobatan adalah pakaian itu harus bersih, sopan, dan bagi informan lelaki memakai peci, sedangkan informan perempuan memakai tudung (penutup kepala). Cara Membawakan Mantra Cara dalam membawakan mantra sangat menentukan keberhasilan dari mantra yang dibacakan. Cara membawakan mantra memerlukan perhatian yang khusus, sesuai dengan sistem dan aturan yang ditetapkan. Menurut Soedjijono (1987:99) cara membacakan mantra dapat dilakukan dengan cara: sambil menari, sambil menyanyi, dan sikap-sikap tubuh lain yang dianggap sakral (sikap jari, sikap tangan, dan sikap kaki). Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga informan tentang cara membawakan tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya adalah berbeda pada setiap informan. Informan pertama dalam membawakan tuturan ritual mantra pengobatan adalah dengan cara duduk dan khusuk. Informan kedua dalam membawakan tuturan ritual mantra pengobatan dengan cara berdiri dengan posisi kaki menginjak parang dan pisau di tangan digunakan untuk memotong tumbuh-tumbuhan (bahan obat-obatan), serta membaca tuturan ritual mantra pengobatan sebanyak tiga kali pada setiap bagian struktur mantra. Selanjutnya, informan ketiga dalam membawakan tuturan ritual mantra pengobatan dengan cara memasukkan ibu jari kanannya ke dalam mulutnya sampai menyentuh langit-langit atas, baru siap itu diurutkan ibu jarinya ke perut bagian kiri orang yang sakit. PENUTUP Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dari dua aspek, yaitu struktur teks tuturan ritual mantra pengobatan dan aspek pendukung pembacaan tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai berikut. Pertama, struktur teks tuturan ritual mantra pengobatan dikaji dari segi pembuka, isi, dan penutup. Pembuka mantra yang ditemukan pada tuturan ritual mantra pengobatan menggunakan kalimat a’uzubillahiminasysyaitha nirrajim, bismillahirrahmanirrahim, Asyhadu alla illaha illallah, Wa asyhadu anna muhammadar rasulullaah , Subhanallah walhamdulillah wala illahaillah, dan Huallahu akbar, sedangkan pada bagian isi, pada umumnya isi tuturan ritual mantra pengobatan yang ditemukan menggunakan bahasa Minangkabau dan bahasa Arab yang dalam setiap isi mengandung maksud tertentu. Pada bagian penutup, struktur tuturan ritual mantra pengobatan menggunakan kalimat yang berasal dari bahasa Arab dan bahasa Minangkabau, yaitu menggunakan kalimat (1) Asyhadu alla illaha illallah,(2) Wa asyhadu anna muhammadar rasulullaah, (3) kun, zat, sifat, oning engkau dalam batang tubuh (bagian mana yang sakit) si Anu (nama orang yang sakit), (4) yo ambeklah, (5) dan berkat kalimah laillaha illallah. Kedua, aspek pendukung dalam pembacaan tuturan ritual mantra pengobatan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya adalah sebagai berikut. (1) Waktu dalam membacakan mantra, menurut informan pertama dan ketiga yaitu pagi, siang, sore, dan malam. (2) Tempat membacakan mantra adalah bebas dan ditempat keperluan. Peristiwa dalam membawakan mantra adalah pada kesempatan menghadapi objek dan memulai kegiatan. (3) Pelaku dalam membawakan mantra adalah pemilik profesional. (4) Perlengkapan dalam membawakan mantra adalah bahan-bahan untuk melihat sebab penyakit dan bahan obat-obatan untuk mengobati penyakit, serta parang dan pisau. (5) Pakaian dalam membawakan mantra tidak memiliki kekhasan, namun harus menggunakan pakaian yang bersih, sopan dan bagi informan pertama memakai peci, sedangkan informan kedua dan ketiga memakai tudung (penutup kepala). (6) Cara membawakan mantra oleh masing-masing informan berbeda, yaitu informan pertama dengan cara duduk dengan khusuk, informan kedua dengan cara kaki menginjak parang dan pisau di tangan untuk memotong bahan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan dan mantra dibaca sebanyak tiga kali, sedangkan informan ketiga membaca mantra dengan cara memasukkan ibu jari tangan yang kanan sampai menyentuh langit-langit atas kemudian mengurutkan ibu jari tangan ke perut bagian kiri sampai ke perut bagian bawah pasien. Kepada masyarakat dan pihak penanggungjawab pelestarian kebudayaan dan kepada pemerintah daerah Kenagarian Koto Baru Kecamata Koto Baru Kabupaten Dharmasraya khususnya dan daerah lain pada umumnya agar mengenal sastra nasional, salah satunya adalah mantra, agar generasi berikutnya dapat memelihara dan melestarikan kebudayaan daerah tersebut. DAFTAR PUSTAKA Boestami, dkk. 1985. Upacara Tradisional yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Rakyat Sumatera Barat. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Moleong, Lexi J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Soedjijono, dkk.1987. Struktur dan Isi Mantra Bahasa Jawa di Jawa Timur. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Yusuf, Yusri et. al. 2001. Struktur dan Fungsi Mantra Bahasa Aceh. Jakarta: Pusat Bahasa. Zaidan, Abdul Razak. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.

1 komentar:



magdalenawagster mengatakan...

Best Live Casino Software for Indian Players
How do you 영주 출장샵 keep your online 동해 출장마사지 casino games at home? · 밀양 출장안마 Online 대전광역 출장마사지 Casinos · Bingo · Roulette · Video Poker. These are the best casino games for Indian 안성 출장샵 players,

Posting Komentar