Artikel Populer




Berbahasa Gaul Tidak Pandang Usia
Oleh
Endang Wahyuningsi

            Terus gw harus bilang wow gitu! Kalimat ini sering kita dengar, baik diucapkan oleh anak-anak pendidikan usia dini, taman kanak-kanak, sekolah dasar, bahkan dosen di perguruan tinggi pun pernah mengucapkan kalimat tersebut. Memang benar, dalam kegiatan berbahasa di zaman modern seperti sekarang ini tidak asyik kalau hanya menggunakan bahasa Indonesia yang formal. Sehingga sekarang lebih banyak pemakai bahasa menggunakan bahasa yang tren di zamannya.
            Kegiatan berbahasa sangat dipengaruhi oleh kehidupan budaya tempat seseorang tinggal atau menetap. Misalnya, seorang anak yang sekolah ke ibu kota akan merasa kampungan jika tetap menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan teman sebaya. Oleh karena hal tersebut, maka muncullah istilah penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja.
             Bahasa gaul atau bahasa prokem sebenarnya sudah dikenal sekitar tahun 1970. Bahasa gaul digunakan oleh golongan atau kelompok tertentu, namun dengan seiring waktu, bahasa gaul digunakan oleh berbagai golongan mulai dari anak-anak sampai orang dewasa dengan kosakata dan kalimat yang berbeda-beda. Sering kita menyaksikan beberapa orang siswa sekolah dasar dengan spontan mengatakan galau badai.
Pernah juga di sebuah perguruan tinggi, seorang dosen menyelipkan bahasa gaul dalam proses belajar. Hal ini dilakukan agar proses belajar mengajar tidak membosankan. Namun, hal ini merupakan fenomena yang wow bagi kelangsungan bahasa Indonesia yang memiliki aturan dalam pengucapan dan penulisan. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor penyebab seseorang menggunakan bahasa gaul, yaitu sebagai berikut.
1.    Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga menentukan seseorang menggunakan bahasa gaul. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya lingkungan formal akan tetapi juga nonformal. Lingkungan formal adalah salah satu lingkungan dalam belajar bahasa yang memfokuskan pada penguasaan kaidah-kaidah bahasa yang sedang dipelajari, contohnya di sekolah. Sedangkan lingkungan nonformal adalah lingkungan yang bersifat alami, misalnya lingkungan keluarga dan teman sebaya.
Seorang anak akan mudah terpengaruh, jika semua anggota keluarga menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi. Dan seorang teman sebaya juga sangat mempengaruhi bahasa anak, dan jika di lingkungan sekolah seorang guru menggunakan bahasa gaul, secara tidak langsung siswa akan mencontoh bahasa guru tersebut. Ya, seperti ungkapan guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari. Jadi, lingkungan keluarga, teman sebaya, dan guru adalah faktor penentu anak berbahasa gaul.
Pada suatu ketika, seorang petugas pustaka berbicara dengan teman seusianya menggunakan panggilan loe dan gw. Hal ini memang wajar digunakan jika keduanya bermaksud menjalin hubungan yang lebih akrab. Namun, seharusnya penjaga pustaka tidak menggunakan kosa kata bahasa gaul di lingkungan kerja dan pada saat jam kerja. Jika hal ini didengar oleh siswa, maka siswa akan mencontoh dan senantiasa juga berbahasa gaul dalam kesehariannya.
2.    Faktor media
Faktor media baik itu media cetak maupun media elektronik sangat berpengaruh bagi penggunaan bahasa seseorang. Media menjadi penyebar bahasa gaul yang sangat cepat, hal ini bisa dilihat dari tayangan sinetron, iklan, dan acara televisi lainnya. Misalnya sinetron yang baru-baru ini tayang di salah satu stasiun televisi yang memproduksi kosa kata bahasa gaul, seperti kata kamseupay iuh, terus gw harus bilang wow gitu, dan galau badai.
Seorang anak taman kanak-kanak pun mengucapkan kosa kata bahasa gaul, hal ini disebabkan oleh tontonan yang ditontonnya. Nah, di sini diperlukan peran orang tua dalam membatasi tontonan bagi anak-anaknya. Dan hendaknya orang tua juga memberikan contoh penggunaan bahasa yang baik dan santun bagi anak-anaknya.  
Selain media televisi, ternyata jejaring sosial seperti facebook, twitter, friendster pun ikut andil dalam penggunaan bahasa gaul di kalangan muda-mudi, bahkan orang dewasa. Lihat saja status dan komentar yang ditulis pada dinding facebook, seperti galau badai, double wow, lebay.com, ajib, prikitiw, dan lain-lain. Kata-kata tersebut tidak hanya digunakan oleh kaum remaja, akan tetapi digunakan juga oleh anak-anak dan orang dewasa. Hal ini bisa kita lihat pada facebook adik-adik kita, bahkan orang dewasa atau guru atau dosen pun sering menggunakan bahasa gaul di dalam percakapan atau status di fecebook.
            Kini muncul pertanyaan “Apakah penggunaan bahasa gaul yang merajalela di kalangan remaja, anak-anak dan orang dewasa ini membawa efek tersendiri bagi bahasa Indonesia?
            Jawabannya mudah saja, diibaratkan sebuah air bersih kemudian kita campur deterjen sedikit saja, maka air menjadi tidak bersih dan mulai tercampur oleh deterjen dengan buih-buih dan wangi-wangian yang dikandungnya. Itulah perumpamaan tentang jawaban pertanyaan tadi. Ya, seperti kita ketahui bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang terstruktur dan bersistem. Jadi, jika struktur dan sistem mulai terganggu, maka secara langsung akan berdampak buruk bagi ekosistem di dalamnya. Ekosistem yang dimaksud adalah bahasa.
            Perlu kita ingat penggunaan bahasa memang bersifat manasuka, namun seharusnya kita sebagai orang dewasa memberikan contoh tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan mengkondisikan di mana tempat kiat berucap. Ya sesuai dengan unggkapan ‘di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung’, jadi, secara tidak langsung penggunaan bahasa gaul baik di golongan yang tua dan yang muda tidak terlalu berefek bagi keberadaan bahasa Indonesia untuk masa yang akan datang jika penggunaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
            Perlu kita ketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki fakta-fakta yang menarik, yaitu sebagai berikut.
1.    Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi kedua di Vietnam sejak tahun 2007.
2.    Bahasa Indonesia masuk ke dalam sepuluh besar bahasa yang paling diminati di seluruh dunia.
3.    Bahasa Indonesia juga mendunia di dunia maya, buktinya wikipedia berbahasa Indonesia telah menduduki peringkat ke-26 dari 250 wikipedia berbahasa asing di dunia dan peringkat ke-3 di Asia setelah bahasa Jepang dan Mandarin. Selain itu, bahasa Indonesia menjadi bahasa ke-3 yang paling banyak digunakan dalam postingan blog di wordpress.
4.    Bahasa Indonesia menduduki peringkat ke-3 di Asia dan peringkat ke-26 di dunia dalam hal tatabahasa terumit di dunia.
Wah, suatu hal yang sangat menakjubkan bagi bangsa Indonesia yang bangga akan bahasa Indonesia. Namun, di era yang modern ini kita cukup sedih dengan keberadaan bahasa Indonesia yang kurang diminati oleh bangsanya sendiri, memang benar ungkapan ‘rumput tetangga memang kelihatan lebih hijau dibandingkan rumput di halaman sendiri’. Sungguh realita yang sangat memprihatinkan bagi perkembangan bahasa Indonesia ke depannya.
Kita tahu bahwa bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran kepada orang lain, penggunaan bahasa gaul dikalangan pecinta bahasa gaul tentu  dipahami dan dimengerti dan tidak menimbulkan masalah apapun bagi sesama pengguna bahasa gaul. Namun, jika semua orang sudah menggunakan bahasa gaul dalam keseharian mereka baik itu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan kerja, jelas menjadikan bahasa ini secara tidak langsung menjadi salah satu bahasa utama dalam komunikasi bangsa. Setiap orang dapat saling memahami dengan menggunakan bahasa yang dahulu diciptakan oleh golongan remaja. Namun, apakah semua itu bisa dibenarkan?
Tentu saja tidak, sebagai mana yang tertuang dalam sumpah pemuda tahun 1928, bahwa bahasa nasional bangsa ini adalah bahasa Indonesia. Bahasa inilah yang digunakan sebagai pemersatu bangsa. Bahasa inilah yang sekiranya akan menjadikan semua perbedaan yang ada, menjadi sesuatu yang indah. Bahasa inilah yang menjadi karakter bangsa.
Untuk itu, marilah kita bersama-sama meningkatkan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai ‘bahasa uang’ yang biasa kita gunakan kapan pun dan di lingkungan bagaimana pun. Jadikanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa yang mudah digunakan, baik bagi anak-anak, remaja maupun bangsa ini seutuhnya. Agar bahasa Indonesia semakin jaya di mata anak bangsa. Untuk itu upaya-upaya yang bisa dilakukan agar anak bangsa cinta terhadap bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1.    Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para penerus bangsa, bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaannya. Dengan demikian, mereka lebih mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar daripada bahasa gaul.
2.    Menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh bangsa Indonesia dengan penggunaan bahasa Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui, bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu yang dapat kita gunakan untuk merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan menanamkan semangat, masyarakat Indonesia akan lebih mengutamakan bahasa Indonesia daripada menggunakan bahasa gaul.
3.    Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa dapat diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah dan juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerpen dan puisi.
Semoga dengan upaya-upaya yang telah disebutkan di atas, hendaknya anak bangsa, pemuda-pemudi dan orang dewasa sadar bahwa penggunaan bahasa gaul harus mulai diminimalisasikan. Hendaknya masyarakat Indonesia sadar akan arti penting dari sebuah bahasa persatuan. Dan orang dewasa hendaknya bisa memberi contoh yang baik dan tepat dalam berbahasa.

0 komentar:



Posting Komentar