PENYINGKATAN KATA DAN FRASA DALAM
BERBAHASA
Oleh
Endang Wahyuningsi
Gw benci banget ama
loe!
Ciyus?
Contoh di atas merupakan salah satu penyingkatan
kata dan frasa dalam berbahasa. Gw
berasal dari gue yang merupakan
bahasa betawi, sedangkan benci merupakan
singkatan dari frasa benar-benar cinta
dan ama berasal dari kata sama, loe berasal dari bahasa betawi,
serta ciyus berasal dari kata serius. Di sebuah kos-kosan, seorang mahasiswi
mengucapkan kata dan frasa yang disingkat, namun dipahami oleh anggota atau
genknya, misalnya kata kuak dan kusal. Kuak yang merupakan penyingkatan
dari kata kurang akal, sedangkan kusal merupakan penyingkatan dari kata kurang salai. Singkatan lain misalnya, ababil (ABG labil), brownies (brondong
manis), barbuk (barang bukti), CDMA (capek dech malas ah), 3G (gagah, ganteng,
gaul), jadul (jaman dulu), dan lain sebagainya.
Penyingkatan
kata dan frasa tidak hanya dilakukan dalam berkomunikasi langsung, namun juga
dalam komunikasi tidak langung. Misalnya, melalui handphone, seseorang bisa mengirimkan pesan kepada sahabatnya
dengan menggunakan singkatan kata dan frasa, seperti mat mlm, cpt, GPL. Kata mat berasal
dari kata selamat, sedangkan kata mlm berasal dari kata malam, cpt berasal dari kata cepat, dan singkatan GPL berasal dari frasa nggak pake lama. Singkatan lain yang
digunakan dalam pesan yang dikirim melalui handphone,
misalnya macama (sama-sama), prg (pergi), tw (tau), udh (sudah), mkn (makan), ge pain (lagi ngapain), mikum
(assalamu’alaikum), boong (bohong),
dan lain sebagainya. Dengan demikian, hampir semua kata yang digunakan dalam
pesan yang dikirim melalui media handphone
umumnya disingkat.
Penyingkatan
kata dan frasa tidak hanya dari bahasa Indonesia, tetapi juga berasal dari
bahasa lain (bahasa Inggris). Misalnya, OMG
(Oh, My God), BTW (By The Way), TMA (Take My Advice). Kata oh, my god berarti oh tuhan, sedangkan kata by
the way memiliki arti ngomong-ngomong
dan kata take my advice memiliki
arti ambil nasihat saya. Singkatan kata atau frasa lain yang berasal dari bahasa
Inggris, misalnya TBYB (Try Before You Buy) yang berarti coba sebelum membeli, ASAP (As Soon As
Possible) yang berarti sesegera mungkin, TIA (Thanks In Advance) yang berarti terima kasih sebelumnya, TFIT (Thanks For The Thought) yang
berarti terima kasih pendapatnya, TYVM
(Thanks You Very Much) yang berarti terima kasih banyak.
Penyingkatan
kata dan frasa tidak hanya berasal dari bahasa Indonesia atau bahasa asing
(bahasa Inggris) saja, tetapi juga berasal dari gabungan bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris. Misalnya, sorulaz,
sortel, dan bohay. Kata sorulaz merupakan gabungan dari kata
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang membentuk frasa baru, yaitu sorry baru balas, sedangkan kata sortel merupakan gabungan kata bahasa
Ingris dan bahasa Indonesia yang membentuk frasa baru, yaitu sorry telat, dan kata bohay merupakan gabungan dari kata
bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, yaitu body
aduhay. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyingkatan kata dan
frasa tidak hanya berasal dari bahasa Indonesia atau bahasa asing (Inggris) saja,
akan tetapi juga merupakan gabungan dari kedua kata atau frasa dari bahasa
tersebut.
Pemaparan
di atas merupakan penyingkatan kata dan frasa dalam bahasa gaul yang digunakan
oleh banyak remaja di Tanah Air, namun tidak hanya remaja yang menggunakan dan
memproduksi singkatan-singkatan kata dan frasa, bahkan orang dewasa dan
anak-anak pun menggunakan singkatan bahasa tersebut. Hal ini dapat kita lihat
dari jejaring sosial seperti facebook,
twitter, friendster, dan iklan di televisi pun menggunakan singkatan
tersebut. Lalu, terbersit dibenak kita apa sebenarnya singkatan itu? Bagaimanakah
proses-proses peyingkatan itu? Kemudian, bagaimanakah efek singkatan-singkatan yang
telah terbentuk terhadap perkembangan bahasa Indonesia?
Pertama, kita maknai dulu apa itu singkatan?
Menurut
Kridalaksana (1996:162), singkatan merupakan salah satu hasil proses pemendekan
yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf,
seperti:
UNP
(Universitas Negeri Padang),
DKI
(Daerah Khusus Ibukota), dan
KKN
(Kuliah Kerja Nyata);
maupun yang tidak dieja
huruf demi huruf, seperti:
dll (dan lain-lain),
dng (dengan),
dst
(dan seterusnya).
Adapun
jenis-jensi singkatan, yaitu sebagai berikut.
1.
Singkatan
nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan nada titik,
misalnya: Prof. Dr. Harris Efendi Thahar, M.Pd.
2.
Singkatan nama resmi lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa
tanda titik. Misalnya, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat).
3.
Singkatan umum yang terdiri dari
tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Akan tetapi, singkatan umum
yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-masing huruf.
Misalnya, s.d. (sampai dengan).
4.
Lambang kimia, singkatan satuan
ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak diikuti tanda titik,
misalnya: kg (kilogram).
Kedua, proses-proses
penyingkatan kata dan frasa menurut (Kridalaksana, 1996:165-169), yaitu sebagai
berikut.
1.
Pengekalan
huruf pertama tiap komponen, misalnya:
A= agama
B= barat,
bin, binti
F= Fiat,
Fokker
G= gunung,
gusti
H= haji,
hijrah
AA= Asia
Afrika, Ayah Angkat
GWR=
Gerakan Wisata Remaja
PAPFIAS=
Panitia Aksi Pemboikotan Film Imperialis Amerika Serikat
Dll= dan
lain-lain.
2.
Pengekalan
huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi,
artikulasi, dan kata, misalnya:
ABKJ=
Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang
BASUKI=
Badan Asuhan Sekolah dan Usaha
Kebudayaan Indonesia
BDB= Bebas
dari Bea
BHTI= Biro
Hak Cipta di Indonesia
DGI= Dewan
Gereja-Gereja di Indonesia
MAWI=
Majelis Agung para Wali Gereja Indonesia.
Catatan: unsur yang dimiringkan dilesapkan.
3.
Pengekalan
huruf pertama dengan bilangan, bila berulang, misalnya:
D3= Dinas
Dermawan Darah
4K=
Kecerdasan, Kerajinan, Kesetiaan, dan Kesehatan
BBN-A3=
Bea Balik Nama Alat Angkutan Air
P3AB=
Proyek Percepatan Pengadaan Air Bersih
4.
Pengekalan huruf pertama dari kata, misalnya:
Aj= ajudan
As=
asisten
Ay= ayat
Ka= karet,
Kalimantan
5.
Pengekalan 3
huruf pertama dari sebuah kata, misalnya:
Acc= accord
Ant=
antara
Obl=
obligasi
Okt= Oktober
6.
Pengekalan 4
huruf pertama dari suatu kata, misalnya:
Purn=
purnawirawan
Sekr=
sekretaris
Sept=
September
7.
Pengekalan
huruf pertama dan huruf terakhir kata, misalnya:
BA=
bintara
DI= divisi
Fa= Firma
Ir=
Insinyur
8.
Pengekalan
huruf pertama dan huruf ketiga, misalnya:
Bb=
bijblad
Gn= gunung
9.
Pengekalan
huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku
kata kedua, misalnya:
Kpt=
kapten
Ltn=
letnan
Kel=
keluarga
Lab=
laboratorium
10.
Pengekalan
huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata,
misalnya:
a.d.=
antedium
VW=
Volkswagen
11.
Pengekalan
huruf pertama dan diftong terakhir dari kata, misalnya sei= sungai.
12.
Pengekalan
dua huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu
gabungan kata, misalnya: Swt= swatantra
13.
Pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan
huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata, misalnya:
Bdg=
bandung
dgn=
dengan
14.
Pengekalan
huruf pertama dari tiap suku kata, misalnya:
hlm=
halaman
ttg=
tertanggal
15.
Pengekalan
huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata, misalnya DO= depot.
16.
Pengekalan
huruf yang tidak beraturan, misalnya:
Ops=
operasi
KMD=
komandan
Hat=
kejahatan
Daft=
didaftarkan.
Ketentuan
yang dikemukakan oleh pakar di atas, bisa kita kaitkan denga contoh-contoh yang
telah dipaparkan pada awal paragraf tulisan ini. Misalnya, 3G (Gagah Ganteng, Gaul)
merupakan salah satu contoh proses penyingkatan kata yang ke 3, yaitu
pengekalan huruf pertama dengan bilangan, bila berulang. Memang benar
penyingkatan kata dan frasa yang kita gunakan sekarang masih mengikuti proses
yang telah dikemukan tersebut. Namun, apabila penyingkatan kata dan frasa ini
semakin marak terutama singkatan bahasa gaul yang terus berkembang dan
digunakan oleh kalangan baik itu siswa
TK, SD, SLTP, SLTA, mahasiswi, bahkan guru dan dosen, serta masyarakat umum.
Hal ini, menyentakkan kita pada efek dari singkatan-singkatan bahasa gaul yang
merajalela. Terpikir oleh kita apa efek dari singkatan bahasa gaul terhadap
perkembangan bahasa Indonesia ke depannya?
Kita
harus mengingat kembali akan sumpah pemuda, yang salah satu intinya “Berbahasa
satu bahasa Indonesia”. Memang kita masih menggunakan bahasa Indonesia walaupun
disingkat penggunaannya. Seandainya, kegiatan penyingkatan bahasa ini terus
mendarah daging dalam diri remaja kita, kemudian bagaimana dengan perkembangan
bahasa Indonesia ke depannya. Sebagai mana ungkapan “Jika kebiasaan dipupuk
lama kelamaan kebiasaan tersebut akan menjadi kebutuhan”, untuk itu hendaknya
para penerus bangsa mengingat pentingnya bahasa persatuan dan meminimalkan
penggunaan singkatan-singkatan bahasa gaul yang akan berefek negatif terhadap
perkembangan bahasa Indonesia dan cara berpikir bangsa ini ke depannya. Hal ini
sesuai dengan falsafah bahwa “bahasa merupakan lambang suatu bangsa”!
0 komentar:
Posting Komentar