1. Pengertian
Pewara, Protokol, dan Protokoler
Secara
leksikal pewara artinya pembaca berita (wara = berita). Dan kalau menurut
singkatan arti pe-wara adalah pembawa acara. Jadi pewara merupakan suatu tugas
yang dibebankan kepada seseorang oleh protokoler untuk membawakan atau
membacakan skenario acara yang telah disusunnya berdasarkan susunan acara yang
diberikan protokoler kepadanya.
Istilah-istilah
lain untuk pewara antara lain: MC (Mastre
of Ceremony) apabila acara yang dibawakannya bersifat resmi atau
seremonial, CM (Comercial Master) jika
menawarkan suatu produk, EM (Entertaiment
Master) jika ia menyuguhkan acara hiburan, QM (Quest Master) apabila ia memimpin suatu acara kuis. Jadi WJS
Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Mengartikan pembawa acara
sebagai penyaji acara, penyampai acara, dan pengantar acara.
Dalam
kegiatan-kegiatan resmi sering pula kita dengar istiah protokol. Protokol
secara leksikal (menurut bahasa Yunani) berasal dari kata protos dan kolla. Protos
berarti yang pertama, kolla artinya
lem atau perekat. Pada awalnya istilah protokol digunakan bagi lembaran pertama
dari suatu gulungan papirus. Kemudian istilah protokol digunakan untuk menyebut
seluruh gulungan papirus yang membuat dokumen negara yang bersifat nasional, internasional,
bahkan lokal.
Pengertian
protokol ternyata berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga istilah
protokol sekarang diartikan:
-
Sebagai dokumen yang berisikan tata cara
penyambutan tamu (nasional, internasional serta daerah atau lokal).
-
Sebagai pemberian servis atau layanan
kepada pimpinan atau tamu atau publik dalam acara atau kegiatan resmi.
-
Sebagai tolok ukur bagi daerah atau unit
kerja dalam menyelenggarakan acara atau kegiatan resmi.
Di
samping itu ada lagi istilah protokoler, yakni semua orang yang mengatur
kelangsungan suatu acara, dan merupakan tulang punggung dari penyelenggaraan
suatu acara atau upacara. Jadi protokolerlah yang menetapkan tata cara
penyelenggaraan suatu acara resmi. Sedangkan pewara hanyalah bagian dari
keprotokoleran yang ditugasi membacakan atau membawakan acara resmi waktu itu.
2. Jenis-jenis
Pewara
Munaf dan Arief (2003:170) membagi
pewara ini didasarkan atas jenis acara yang dibawakan, yaitu:
-
Pembawa
acara resmi (pewara acara resmi), acara resmi ini ada dua, yaitu acara remi
dilaksanakan di ruangan dan acara resmi yang diselenggarakan di lapangan.
Ketentuan resmi atau tidak resminya acara dilihat dari antara lain, adanya
aturan-aturan yang ketat dan aturan itu harus dipatuhi oleh semua yang hadir
dalam acara tersebut. Dan juga ditentukan oleh waktu karena biasanya acara
resmi itu waktunya sangat terbatas, dan orang yang hadir pun kadang-kadang ada
pejabat dan orang-orang penting sehingga waktu merupakan tolok ukur bagi mereka
untuk bisa hadir. Begitu pula pewara dalam acara ini karena keresmian acara
yang dipersiapkan sedemiakian rupa itu, maka pewaranya pun harus terkesan kaku
sebab ia harus patuh pada beberapa aturan, misalnya tentang tidak banyak
bergerak, anggun dan berwibawa. Sedangkan acara resmi di lapangan harus
terkesan seperti acara atau upacara militer, maka pembawa acara resmi di
lapangan ini harus terkesan tegas, baik gerakan maupun ucapan. Sehingga tidak
ada kesan main-main dan tidak serius. Contoh acara resmi di lapangan, semua
bentuk upacara bendera di lapangan. Dan contoh acara resmi di ruangan, semua
acara pembukaan-pembukaan atau peresmian, acara wisuda, sambut-pisah dan serah
terima jabatan dan lain-lain.
-
Pembawa
acara hiburan (pewara hiburan), ketentuan untuk pewara hiburan ini tidak
terlalu ketat seperti pada pewara resmi.
Ketika membawakan acara hiburan pewara harus terkesan lincah, lincah bergerak
dan lincah berbahasa agar acara bisa teerkesan lebih hidup dan marak. Dan juga
pewara diharapkan mampu mengomentari setiap acara yang akan ditampilakan dengan
tepat, menarik dan efektif. Tujuan dikomentari agar terkesan nyambung satu
dengan lainnya, serta juga dapat menambah pengetahuan pendengar dengan
informasi tentang setiap bentuk hiburan yang ditampilkan.
-
Pewara
acara setengah resmi, acara ini dikatakan setengah resmi karena aturan-aturan
dalam acara ini tidak terlalu ketat, dan yang menjadi protokoler atau yang
mengatur acara juga tidak terlalu disiplin menyelenggarakan acara. Dan juga
susunan dalam acara tersebut tidak terlalu formal, tetapi terkesan seperti
suasana kekeluargaan saja. Contohnya suasana acara arisan, rapat, acara ulang
tahun, dan lain-lain.
3. Susunan
Acara dan Skenario Acara
Susunan acara adalah materi acara
yang akan mengisi suatu acara. Materi acara ini dirancang oleh protokol, lalu
diserahkan kepada pewara. Susunan acara ini berisikan urutan-urutan acara yang
akan dibawakan atau dibacakan pada saat acara berlangsung, biasanya berisikan
garis-garis besar acara saja.
Materi acara disusun sesuai dengan
aturan yang berlaku, yakni logis dan pantas sesuai dengan bentuk acara. Untuk
acara yang berupa pidato atau pembicaraan, seperti: laporan, sambutan, disusun
dengan urutan dari yang berjabatan terendah dulu, misalnya susunan acara
pembukaan seminar:
-
Pembukaan (oleh pewara)
-
Laporan ketua panitia
-
Sambutan dari Dekan FBSS
-
Sambutan, sekaligus membuka seminar
secara resmi oleh Rektor UNP
-
Pembacaan doa
-
Penutup (oleh pewara)
Jadi untuk menyusun acara di atas,
jabatan ketua lebih rendah dari jabatan dekan, maka laporan ketua panitia dulu,
baru sepatah kata atau sambutan dekan. Begitu pula jabatan dekan lebih rendah
dari rektor, maka dekan dulu yang berbicara, setelah itu baru rektor, begitu
seterusnya.
Setelah materi acara disusun, maka
untuk memudahkan pewara sebaiknya materi ini dipindahkan ke dalam skenari
acara. Skenario acara ini merupakan gambaran utuh dari aba-aba pelaksanaan
acara yang dibacakan atau dibawakan oleh pewara, mulai dari awal sampai akhir
acara. Skenario acara ditulis oleh pewara, dengan tujuan untuk memperlancar pelaksanaan
acara.
Ketentuan harus tidaknya seorang
pewara menulis skenario acara tergantung pada:
-
Pewara itu sendiri, kalau ia ingin
lancar dan tidak berbata-bata sewaktu membawakan acara terutama acara resmi.
-
Dewan juri, kalau pewara dalam suatu
kegiatan lomba. Biasanya dalam lomba juri ingin melengkapi nilai peserta dengan
kemampuan pewara menulis skenario acara, terutama bahasanya.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menulis skenario acara:
-
Pemakaian atau penulisan harus sesuai
dengan ejaan yang disempurnakan (baku).
-
Pemakaian atau pemilihan kata harus
sesuai dengan topik acara, tepat dan bervariasi.
-
Penulisan kalimat harus efektif, agar
mudah dimengerti, logis, dan menarik.
-
Perhatikan penulisan nama, pangkat dan
gelar seseorang, jangan sampai salah. Jika satu orang disebut pangkat dan
gelarnya, maka yang lain juga harus disebut kan atau sebaliknya.
Contoh skenario acara resmi (pembukaan
seminar):
No
|
Pukul
|
Materi Acara
|
Aba-aba Pelaksanaan
|
ket
|
1.
|
-
|
pembukaan
|
Assalamualaikum W.W
Dengan tidak
mengurangi rasa hormat kami, acara pembukaan seminar ........ segera dimulai.
|
|
2.
|
-
|
Laporan
Ketua Panitia
|
Mengawali acara,
laporan ketua panitia, kepada Bapak ....... dipersilahkan.
|
|
3.
|
-
|
Sambutan Dekan
|
Bapak-bapak dan
Ibu-ibu, berikutnya sambutan Dekan ........, kepada Bapak .....
dipersilahkan.
|
|
4.
|
-
|
Sambutan
sekaligus membuka secara resmi seminar ..... oleh Rektor UNP
|
Hadirin yang saya
hormati, selanjutnya Sambutan Rektor UNP sekaligus beliau berkenan membuka
secara resmi Seminar ...... kepada Bapak ...... dipersilahkan.
|
|
5.
|
-
|
Doa
|
Pembacaan doa, kepada
Bapak ...... dipersilahkan.
|
|
6.
|
-
|
Penutup
|
Bapak-bapak atau
Ibu-ibu, dengan berakhirnya pembacaan doa tadi, maka berakhir pulalah acara
pembukaan seminar ...., terlebih dan terkurang selaku pembawa acara saya mohon
maaf, wabillahi taufik wal hidayah, assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
|
|
4. Syarat-syarat
Menjadi Pewara
-
Syarat Fisik
a. Memiliki
suara yang nyaman (pleasing), tidak
melengking dan tidak terlalu rendah, artinya memiliki suara bulat dan bagus sesuai
dengan kodrat, kalau laki-laki terkesan maskulin, dan kalau perempuan terkesan
feminim.
b. Sehat
sewaktu membawakan acara, pewara harus sehat agar terlihat gairah dan
bersemangat.
c. Memiliki
atau mampu menghasilkan vokal yang bersih, nyaring, bening, dan lembut. Dan
juga tidak bersuara pecah yang memberi kesan tenggorokan pendengar ikut terasa
sakit (aklohor).
d. Tidak
cacat fisik, artinya seorang pewara harus sempurna secara lahir untuk
menghindari kesan tidak baik, seperti munculnya cemooh atau bisik-bisik yang
dapat mengganggu khidmatnya acara.
-
Syarat Ilmiah
a. Memiliki
pengetahuan, seperti pengetahuan kebahasaan maupun pengetahuan umum.
b. Akan
lebih sempurna kalau pewara pernah mengikuti atau memperoleh teori tentang
pewara, misalnya pernah mengikuti kursus atau diklat.
-
Syarat Kepribadian
a. Mampu
berpikir cepat dan tepat, artinya mampu mengambil keputusan dengan cepat dan
benar.
b. Memiliki
imajinasi yang positif, artinya dalam memimpin suatu acara seorang pewara
hendaklah punya daya imajinasi yang tinggi dalam melihat situasi, kondisi,
waktu, dan tempat serta bentuk acara yang dipimpin karena akan mempengaruhi
suasana pada waktu itu.
c. Bergairah,
antusias artinya pewara harus tetap bersemangat dalam situasi yang
bagaimanapun, menguntungkan atau pun tidak.
d. Rendah
hati,mungkin seorang pewara tahu benar bahwa dirinya punya kelebihan, kadang
bisa membuat pewara jadi sombong dan terlihat angkuh ketika membawa acara. Hal
ini bisa terlihat dari cara dan pemakaian bahasanya. Kalau hal ini dirasakan
atau terlihat oleh pendengar atau hadirin, maka mereka akan bereaksi anti pati
dan berbisik-bisik, akhirnya acara kurang khidmat.
e. Memiliki
daya humor dan fleksibel (tanggap)
artinya seorang pewara yang ideal itu harus mampu segera menyesuaikan diri
dengan situasi.
Selanjutnya Fidhiah (dalam Munaf
dan Arief, 2003: 177) mengemukakan bahwa seorang pewara harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
-
Penampilan
(performance) yang memadai.
-
Memiliki
sikap yang baik.
-
Mampu
berbahasa yang baik dan benar.
-
Memiliki
wawasan yang cukup.
5. Teknik
Membawakan Acara
-
Persiapan yang perlu dilakukan untuk
menghadapi tugas menjadi pewara:
a. Mengetahui
bentuk acara yang dilaksanakan. Dengan mengetahui bentuk acara, maka kita
segera melaksanakan persiapan-persiapan. Apabila acara tersebut adalah acara
resmi, maka koordinasi dengan sesi protokoler harus segera dilakukan.
b. Apabila
acara yang akan dipandu adalah acara tidak resmi, melainkan acara hiburan, maka
pewara harus aktif sendiri mencari informasi atau keterangan sejelas mungkin
tentang materi acara yang akan disajikan.
c. Melalui
observasi atau pengamatan ke tempat acara akan dilangsungkan, maka akan
diketahui secara detail kualitas sound
system yang digunakan, serta pengaturan tata tempat dimana posisi pewara
ditempatkan.
d. Menyiapkan
busana yang akan dikenakan pada pelaksanaan tugas. Sebagai catatan, seorang
pewara ketika melaksanakan tugas harus melihat dahulu ketentuan busana yang
harus dikenakan undangan, sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh sesi
protokoler. Dari ketentuan ini pewara mengenakan busana yang sama atau pakaian
yang terbaik (pakaian bebas rapi, sopan dan bersih) yang pewara miliki.
-
Kegiatan pelaksanaan tugas menjadi
pewara, yaitu:
a. Setelah
menerima daftar acara, khususnya untuk acara tidak resmi, maka segeralah
membuat catatan redaksional dari masing-masing acara.
b. Hadirlah
jauh lebih awal dari kehadiran tamu undangan. Dengan kehadiran yang lebih awal
tersbut secara psikologis kita seolah yang berkuasa di ruang tersebut.
c. Apabila
ketika mulai tampil ada perasaan yang mengganggu karena bertatap pandang dengan
tamu-tamu. Segera hindari, karena bisa menimbulkan praduga yang salah ketika
bertatapan dengan tamu yang kurang ceria wajahnya. Prasangka itu bisa
mengganggu penampilan kita.
d. Mengawali
penampilan sekali lagi yakinkan diri dengan tugas yang sangat penting itu, dan
ingatlah setiap penampilan kita hendaknya meninggalkan kesan yang baik. Karena dengan kesan yang baik itu
kesinambungan karir sebagai pewara akan berjalan dengan mulus. Cara penampilan,
yaitu:
·
15 menit sebelum berbicara, duduk di
tempat tugas didampingi seorang co-pewara. Fungsi co ini tidak hanya menemani,
melainkan mengatasi hal-hal yang perlu.
·
Bersikap sempurna.
·
Selama berbicara tidak mendehem atau
batuk.
·
Tidak memegang-megang atau mempermainkan
apa saja.
·
Tidak menyebut ulang atau mengomentari acara
yang sudah berlalu. Ini sangat penting karena akan memberi kesan acara berjalan
dengan lancar tidak berkepanjangan.
·
Salah menyebut nama, pangkat, jabatan
adalah tabu bagi pewara.
·
Ketika mengakhiri acara, tampakkan
seulas senyum di bibir.
Persiapan lain
yang bisa dilakukan saat menjadi Pembawa Acara adalah :
- Know The Room (Kenalilah ruangan tempat anda akan menjadi Pembawa Acara).
- Know The Audience (Kenali karakteristik tamu dan pandang mereka sebagai sahabat).
- Know The Material (Kuasai bahan atau acara yang akan dibawakan).
- Baca literature yang diperlukan untuk menunjang pengetahuan anda, karena semakin banyak yang anda ketahui tentang acara yang anda bawakan, pasti semakin Percaya Diri.
- Susun pointer untuk membantu mengingat apa yang akan diucapkan.
- Jangan terlalu sering mengucapkan kata (meminta) maaf pada audience.
- Jangan tinggalkan daftar acara atau rundown acara (meskipun sudah ada stage manager).
- Pakailah pakaian yang serasi atau cocok dengan acara, jangan sampai saltum atau salah kostum. (Buatlah sedikit saja berbeda dengan tambahan assesories atau pernak-pernik jika harus memakai seragam yang sama dengan tamu atau panitia. Ingat Pembawa Acara adalah pusat perhatian).
- Pakailah Make Up (meskipun anda laki-laki pakailah sedikit riasan wajah agar wajah tidak mengkilap atau berwarna gelap).
- Lakukan gerakan tangan seperlunya saat sudah berada di atas pentas. Jangan sampai berlebihan apalagi untuk menutupi kegugupan. Karena gerakan tubuh yang berlebihan hanya akan mengacaukan penampilan anda.
- Jaga mulut dan tenggorokan selalu basah, untuk itu siapkan air putih yang siap diminum jika dibutuhkan.
- Jangan makan dan minum yang akan mengganggu organ tubuh anda, minimal satu jam sebelum tampil misalnya soda, makanan berlemak (yang bisa membuat mual), makanan pedas atau asam.
- Tampillah Percaya Diri dan Be Yourself.
Teknik Vocal :
- Intonasi (intonation) : Pakailan intonasi atau nada suara, irama bicara atau alunan nada dalam melafalkan kalimat.
- Aksentuasi (accentuation) atau logat. Lakukan stressing pada kalimat tertentu yang dianggap penting, Hindari logat kedaerahan yang medhok apabila menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing.
- Kecepatan (speed) bicara. Jangan bicara terlalu cepat atau terlalu lambat.
- Artikulasi (articulation) Yaitu kejelasan pengucapan kalimat, pelafalan kata.
- Infleksi lagu kalimat, perubahan nada suara, hindari pengucapan yang sama bagian setiap kata (redundancy). Inflesi naik menunjukkan adanya lanjutan kalimat atau menurun untuk menunjukkan akhir kalimat.
Teknik Performa dan Gesture
- Lakukan Eye Contact : Pandangi audience ke seluruh ruangan, padang tepat ke mata mereka, (bila memungkinkan dekati bila ada yang tidak interest dengan anda).
- Lakukan gerakan tangan atau isyarat atau sikap yang alami, spontan (tidak dibuat-buat), tidak sepotong-sepotong, tidak ragu, serasi dengan kalimat yang diucapkan, gunakan penekanan pada point penting, tapi jangan berlebihan.
- Gerakan Tubuh ini meliputi ekspresi wajah, gerakan tangan, kaki, lengan, bahu, mulut atau bibir, gerakan hidung, kepala, badan
- Jangan melakukan gerakan yang monoton misalnya meremas-remas jari, menepuk tangan, dan lain-lain.
- Jangan lakukan gerakan yang tidak bermakna atau tidak mendukung pembicaraan, misalnya memegang kerah baju, mengelus atau menyibak rambut, memainkan microphone, garuk-garuk kepala, dan lain-lain.
- Makin besar jumlah audience, makin besar dan lambat gerakan tubuh yang bisa kita lakukan, tapi kalau audience jumlahnya kecil lakukan gerakan tubuh ala kadarnya saja.
- Ucapkan setiap kalimat dengan senyum sehingga suara yang dihasilkan adalah Smilling Voice.
- Jangan sekali-kali anda membuat joke tapi anda sendiri tertawa terpingkal-pingkal.
- Jika melempar Joke lakukan sedikit pause untuk memberi kesempatan audience tertawa.
- Jika dalam opening anda mengucapkan salam, beri jeda beberapa detik untuk memberi kesempatan audience menjawab.
Saran :
- Sebaiknya seorang Pembawa Acara atau MC memiliki kemampuan menyusun acara yang sesuai dengan aturan protokoler, sehingga MC bisa memberi masukan pada penyelenggara acara, dan tidak sekedar menuruti keinginan penyelenggara yang belum tentu tepat.
- Pembawa Acara atau MC harus bisa berfikir dan bertindak cepat serta punya planning-planning cadangan, jika terjadi trouble yang tidak dikehendaki saat acara berlangsung. Sehingga acara tidak tampak kacau atau audience merasa bosan.
Jadi dari uraian di atas dapat
dikatakan bahwa pewara adalah orang yang memimpin suatu rentetan acara secara
teratur dan rapih. Kemampuannya akan sangat menentukan apakah sebuah acara akan
berlangsung lancar atau tersendat-sendat karena itu pewara harus menguasai
seluruh aspek yang akan mempengaruhi kelancaran pada saat itu. Dan seorang
pewara harus siap jasmani dan rohani dalam membawakan sebuah acara.
Sumber:
-
Arief,
Ermawati dan Yarni Munaf. 2003. “Pengajaran Keterampilan Berbicara” (Buku Ajar). Padang: FBSS UNP.
-
Arief,
Ermawati. 2001. “Retorika” (Seni Berbahasa Lisan dan Tulisan). Padang: FBSS
UNP.
0 komentar:
Posting Komentar