PENDEKATAN ALAMIAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Oleh
Endang Wahyuningsi
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
berkahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Asas-asas Pembelajaran
Bahasa” tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan tugas akhir perkuliahan
Asas-asas Pembelajaran Bahasa.
Tugas
ini berupa makalah dengan judul “Pendekatan Alamiah dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia” yang terdiri atas tiga bab, yaitu bab I pendahuluan, bab II pembahasan,
dan bab III penutup, serta diakhiri dengan daftar rujukan. Tujuan utama dari
penulisan tugas ini adalah untuk mengasah kemampuan mahasiswa, mengajarkan
mahasiswa mencari sendiri, dan mengaplikasikan pengetahuan, serta pengalaman
yang telah ditemukan dari kegiatan penugasan.
Penulis
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga dengan adanya penulisan
tugas ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Padang, 17 Desember
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penulisan Makalah
- Manfaat Penulisan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Pendekatan Alamiah
- Ciri-ciri Pendekatan Alamiah
- Prinsip-prinsip Pendekatan Alamiah
- Jenis Kegiatan Pendekatan Alamiah
- Penerapan Pendekatan Alamiah dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
- Saran
DAFTAR
RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
pada hakikatnya merupakan suatu upaya yang disengaja dan direncanakan
sedemikian rupa oleh guru sehingga memungkinkan terciptanya suasana dan
aktivitas belajar yang kondusif bagi siswa (Jamaluddin, 2003:9). Dengan
demikian, guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran di kelas. Salah
satu peran guru, yaitu sebagai sumber belajar, dikatakan demikian karena
seorang guru harus menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan dalam
pembelajaran.
Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya
interaksi antara individu dan lingkungan melalui proses pengalaman dan latihan
(Subana dan Sunarti, 2009:9). Perubahan ini ditandai dengan adanya peningkatan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Selanjutnya, untuk meningkatkan kemampuan
siswa diperlukan pendekatan pembelajaran yang cocok diterapkan pada sekelompok
siswa.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan (approach) sering dikaitkan dengan metode (method), dan teknik (technique).
Semua istilah ini merupakan tiga aspek yang saling berkaitan. Menurut Subana
dan Sunarti (2009:19) dalam Longman
Dictionary of Applied Linguistics, Richard dkk. mengupas ketiga aspek itu
dengan deskripsi sebagai berikut.
Pengajaran bahasa sering dibicarakan dalam tiga aspek yang berkaitan, yakni
pendekatan, metode, dan teknik. Teori-teori yang berbeda tentang hakikat bahasa
dan cara mengajarkan bahasa (pendekatan) menyiratkan cara yang berbeda dalam mengajarkan
bahasa (metode) dan metode yang berbeda memanfaatkan aktivitas kelas yang
berbeda (teknik).
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan adalah kunci
utama dalam pembelajaran. Selanjutnya, diikuti dengan metode dan yang terakhir
adalah teknik yang dilakukan dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa yang
sering monoton dan kurang diminati siswa sering membuat kita sebagai guru
bertanya-tanya dan membuat kita berpikir apa yang salah?
Sebenarnya yang harus kita benahi, salah satunya adalah pendekatan
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran akan semakin optimal,
jika pendekatan yang digunakan tepat dan cocok bagi siswa. Pembelajaran bahasa
pada hakikatnya bukan hanya kegiatan menghapal teori dan mendapatkan nilai yang
tinggi. Pembelajaran bahasa yang sebenarnya adalah pembelajaran yang bisa
membuat siswa lancar berbahasa baik lisan maupun tulisan dan kita tahu bahwa
dalam belajar, siswa akan lebih memahami sesuatu yang baru secara alami sesuai
minat siswa. Oleh karena itu makalah tentang “Pendekatan Alamiah dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia” ini perlu untuk ditulis.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
1.
Apa itu pendekatan
alamiah?
2.
Apa ciri-ciri
pendekatan alamiah?
3.
Apa
prinsip-prinsip pendekatan alamiah?
4.
Apa jenis
kegiatan pendekatan alamiah?
5.
Bagaimanakah
penerapan pendekatan alamiah dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan
latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka penulisan makalah ini
bertujuan untuk mendeskripsikan, yaitu sebagai berikut.
1.
Hakikat pendekatan
alamiah.
2.
Ciri-ciri
pendekatan alamiah.
3.
Prinsip-prinsip
pendekatan alamiah.
4.
Jenis-jenis
kegiatan pendekatan alamiah.
5.
Penerapan
pendekatan alamiah dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
D.
Manfaat Penulisan Makalah
Makalah
ini diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Pertama, secara teoretis dapat menguji
kebenaran teori yang sudah ada. Kedua,
secara praktis dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam memahami
pendekatan pembelajaran bahasa khususnya pendekatan alamiah.
BAB II
PEMBAHASAN
Bab II
ini akan membahas mengenai pendekatan alamiah dalam pembelajaran bahasa
Indonesia yang berkaitan dengan (1) hakikat pendekatan alamiah, (2) ciri-ciri
utama pendekatan alamiah, (3) prinsip-prinsip dasar pendekatan alamiah, (4)
jenis kegiatan yang menggunakan pendekatan alamiah, (5) penerapan pendekatan
alamiah dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
A.
Hakikat Pendekatan Alamiah
Pendekatan
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran (Sanjaya, 2010:127). Salah satu pendekatan dalam pembelajaran
bahasa adalah pendekatan alamiah. Pendekatan alamiah merupakan salah satu
pendekatan dalam pengajaran bahasa yang bertujuan mengembangkan kemampuan
pembelajar dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi (Sudiara, 1977:116).
Selanjutnya, Iskandarwasih dan Dadang Suhendar (2011:73) berpandangan bahwa “Suatu
bahasa lebih banyak bertumpu pada konteks yang alamiah dan bukan pada konteks
yang formal. Pendekatan ini juga berpandangan bahwa dalam pembelajaran bahasa
yang utama ialah mencapai kompetensi komunikatif”.
Menurut
Tarigan (1988:250) pendekatan Alamiah (the
Natural Approach) dalam pengajaran bahasa diperkenalkan dan dikembangkan
oleh Terrel pada tahun 1977 dan 1982, berdasarkan teori Kharsen mengenai PB2.
Premis utama yang dikemukakan oleh Terrel adalah mungkin bagi para siswa dalam
suatu situasi kelas belajar berkomunikasi dalam bahasa kedua. Bagi Terrel
kompetensi komunikatif atau communicative
competence dalam pengertian bahwa:
....
Setiap siswa dapat memahami inti-inti pokok yang dikatakan oleh penutur asli
kepadanya dalam situasi komunikasi nyata dan dapat ber-respon sedemikian rupa
sehingga penutur asli menginterpretasikan responsi tersebut dengan sedikit atau
tanpa upaya dan tanpa kesalahan-kesalahan yang begitu membingungkan sehingga
dapat mengganggu komunikasi secara drastis (dalam Tarigan, 1988:250).
Dari
pernyataan di atas, dapat disimpukan bahwa pendekatan adalah titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan alamiah bertujuan untuk membentuk kecakapan atau kemampuan
tingkat menengah atau lanjutan dalam bahasa kedua (bahasa Indonesia) atau
paling tidak dalam keterampilan oral.
B.
Ciri-ciri Pendekatan Alamiah
Tarigan
dengan mengutip Terrel (1988:251) menjelaskan ciri-ciri utama pendekatan
alamiah ini terlihat pada petunjuk-petunjuk praktik kelas, yaitu sebagai
berikut.
1.
Distribusi
belajar dan kegiatan-kegiatan pemerolehan. Jika memang komunikasi lebih penting
daripada bentuk pada tingkat-tingkat
permulaan dan lanjutan dalam pengajaran, maka kegiatan kelas harus direncanakan
untuk membangkitkan dan mengembangkan komunikasi. Terrel menyarankan agar
seluruh waktu kelas dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan komunikasi. Penjelasan
dan latihan bentuk-bentuk linguistik harus dilakukan di luar kelas.
2.
Koreksi
kesalahan. Menurut Terrel tidak ada fakta yang dapat memperlihatkan bahwa
perbaikan atau koreksi kesalahan ujaran atau tuturan itu diperlukan atau sangat
bermanfaat bagi pemerolehan bahasa. Sebenarnya, perbaikan-perbaikan serupa itu
justru bersifat negatif terhadap motivasi, sikap, dan juga menimbulkan rasa
malu, “Sekalipun hal itu dilakukan dalam situasi yang dianggap paling baik”.
3.
Responsi-responsi
dalam B1 dan B2. Terrel menyarankan agar pengajaran awal kelas melibatkan
kegiatan-kegiatan pemahaman menyimak secara agak ekslusif, dengan
responsi-responsi dari para siswa (yang diizinkan) dalam bahasa ibu mereka
(atau B1). “Kalau siswa diperbolehkan mengkonsentrasikan seluruh perhatian pada
pemahaman dengan mengizinkan responsi-responsi dalam B1, maka dia secara cepat
dapat memperluas kemampuan pemahaman menyimaknya ke berbagai ragam topik yang
luas dan tetap dapat menyenangkan dalam proses komunikasi”. Tentu saja
pemahaman menyimak akan mengambil bentuk “masukan yang terpahami” seperti yang
dimaksud oleh Kreshen. Pertama sekali, ujaran yang disederhanakan atau
pembicaraan orang asing atau foreign talk
wajarlah dipakai. Ciri-ciri utama tipe ini adalah sebagai berikut.
a.
Kecepatan
yang agak lebih lambat dengan artikulasi atau pengucapan yang jelas,
pengurangan kontraksi-kontraksi jeda yang lebih lama dan volume tambahan.
b.
Memberi
batasan-batasan melalui penggunaan penjelasan parafrase, gerak-gerik, dan
gambar.
c.
Penyederhanaan
sintaksis melalui penggunaan proposisi-proposisi yang sederhana dan redudansi
atau pleonasme.
d.
Penggunaan
teknik-teknik wacana, seperti pertanyaan-pertanyaan ya atau tidak,
pertanyaan-pertanyaan atau atau ataupun, dan ketentuan jawaban yang
mungkin diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut (Tarigan (1988:
251-252) dengan mengutip Terrel).
Dari
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan alamiah memiliki
ciri-ciri, yaitu pembelajaran bersifat komunikatif, koreksi kesalahan bukan
solusi yang tepat, dan merespon ujaran dalam B1 dan B2.
C.
Prinsip-prinsip Dasar Pendekatan Alamiah
Terrel
(dalam Tarigan, 1988:252) merangkumkan prinsip-prinsip dasar pendekatan alamiah
yaitu, sebagai berikut.
1.
Tujuan pengajaran
bahasa permulaan adalah kompetensi komunikatif langsung, bukan kesempurnaan
gramatikal.
2.
Pengajaran
harus diarahkan untuk memodifikasi serta meningkatkan tata bahasa para siswa,
bukan membangun satu kaidah pada suatu waktu.
3.
Para siswa
harus diberi kesempatan memperoleh bahasa, bukan memaksanya untuk mempelajarinya.
4.
Faktor-faktor
efektif yang terutama dipaksakan beroperasi dalam pembelajaran, bukan
faktor-faktor kognitif.
5.
Belajar
kosakata merupaka kunci bagi pemahaman dan produksi ujaran. Dengan kosakata
yang cukup banyak siswa dapat memahami dan berbicara mengenai berbagai hal
dalam bahasa kedua sekalipun pengetahuannya mengenai struktur bagi semua tujuan
praktis masih kosong.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip pendekatan alamiah, yaitu (1)
siswa diharapkan bisa berkomunikasi langsung, (2) pengajaran diarahkan untuk
meningkatkan penguasaan tata bahasa siswa, (3) memberikan kepada siswa
kesempatan memperoleh bahasa, (4) meningkatkan keefektifan siswa dalam
berbahasa, (5) siswa dianjurkan menguasai berbagai kosakata agar mudah memahami
dan berbicara mengenai berbagai hal dalam Indonesia.
D.
Jenis Kegiatan yang Menggunakan Pendekatan Alamiah
Ada
tiga jenis kegiatan yang mendominasi pelajaran di kelas yang menggunakan
pendekatan alamiah ini, ketiganya sudah dikontekstualisasikan, dan
dipersonalkan dengan baik dan seksama. Ketiga kegiatan pemerolehan yang
dimaksud adalah sebagai berikut.
1.
Kegiatan
pemahaman (praproduksi), yang terdiri dari praktek atau latihan pemahaman
menyimak, tanpa tuntutan bagi para siswa untuk berbicara dalam bahasa sasaran.
Pemahaman diperoleh dengan penerkaan atau perkiraan kontekstual, teknik-teknik
RFT, penggunaan gerak-gerik dan sarana visual, dan data yang dikumpulkan dari
masukan siswa menurut ukuran tertentu. Sebuah teknik yang dipakai oleh Terrel
dalam kelas-kelas permulaan adalah pemerian para siswa dalam kelas yang
berkaitan dengan warna rambut, pakaian, tinggi badan, dan ciri-ciri fisik
lainnya. Para siswa disuruh berdiri pada saat diperikan atau pertanyaan
diajukan sehingga para siswa yang bersangkutan dikenali oleh siswa lainnya di
dalam kelas itu. Fase pengajaran praproduksi atau pemahaman ini berakhir
setelah berlangsung selama kira-kira empat sampai lima jam kuliah bagi para
mahasiswa perguruan tinggi, tetapi dapat berlangsung selama beberapa bulan bagi
siswa yang lebih muda.
2.
Produksi
ujaran awal akan terjadinya apabila para siswa memiliki pengenalan kosakata
sebanyak kira-kira 500 kata. Kegiatan-kegiatan produksi mulai dengan berbagai
pertanyaan yang hanya menuntut jawaban satu kata atau pertanyaan yang menuntut
jawaban pilihan. Tipe produksi ini sejalan dan sejajar dengan kemampuan
anak-anak kecil yang mulai berbicara dalam ucapan-ucapan satu kata (holofrastik). Kegiatan produksi lain
adalah yang berupa responsi “melengkapi kalimat” di sini diajukan pertanyaan
yang telah ditentukan dan jawabannya telah disediakan, terkecuali sebuah kata
yang harus dibuat atau dilengkapi oleh para siswa.
3.
Kemunculan
ujaran (timbul tuturan) terjadi setelah fase produksi ujaran awal dan didorong
melalui penggunaan permainan, kegiatan afektif humanistik, dan
kegiatan-kegiatan informasi dan pemecahan masalah. Selama berlangsungnya semua
kegiataan ini guru haruslah bertindak dengan sangat hati-hati untuk tidak
mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para siswa karena secara
potensial tindakan tersebut sangat merugikan bagi perkembangan ujaran para
siswa (Tarigan, 1988:253).
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis kegiatan pendekatan alamiah,
yaitu (1) kegiatan pemahaman, pada kegiatan ini siswa diajarkan bahasa
Indonesia mengenai sesuatu yang ada pada diri siswa atau yang berkaitan dengan
diri siswa, hal ini dilakukan agar siswa memahami pembelajaran bahasa dan
menguasai berbagai bahasa kedua, (2) produksi ujaran dilakukan setelah siswa
mengenal minimal 500 kata dan kegiatan berbahasa dimulai dengan hal yang
terkecil, misalnya melengkapi jawaban pertanyaan yang terdiri dari satu kata
atau dua kata, (3) setelah produksi ujaran terjadi, hendaknya seorang guru
meminimalkan teguran atau koreksian mengenai kesalahan ujaran yang diproduksi
siswa, hal ini dilakukan agar siswa tidak malu dan tetap percaya diri untuk
mengucapkan kata atau kalimat yang diketahuinya.
E.
Penerapan Pendekatan Alamiah dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia
Penerapan
pendekatan alamiah dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya bertujuan
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa sasaran. Untuk mencapai
tujuan pendekatan alamiah tersebut, kita bisa menggunakan berbagai teknik,
seperti: teknik gerak, teknik demonstrasi, teknik permainan kata, teknik tanya
jawab, dan lain-lain. Semua teknik itu dipergunakan dalam berbagai kegiatan
sehari-hari yang membantu siswa memperoleh kosa kata dan ungkapan-ungkapan.
Kegiatan-kegiatan
pembelajaran bahasa kedua dibagi dalam tiga tingkat, yaitu (1) tingkat
pemahaman, (2) tingkat produksi permulaan, dan (3) tingkat produksi lanjutan
(Sudira, 1997:121 dengan mengutip Emzir). Untuk lebih jelas lihat uraian
berikut ini.
1.
Tingkat Pemahaman
Sebagaimana
yang telah diuraikan sebelumnya, pada tingkat pemahaman, kegiatan-kegiatan
pembelajaran bahasa yang dilaksanakan harus meliputi pelatihan-pelatihan yang
intensif dalam kegiatan menyimak, dengan syarat yang tidak menuntut pembelajar
berbicara dalam bahasa kedua. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik respon
gerak total, teknik demonstrasi, dan teknik mempergunakan media visual (Sudira,
1997:122). Uraian lebih lanjut, yaitu sebagai berikut.
a.
Teknik Respon
Gerak Total
Dalam
teknik ini, guru melakukan beberapa kegiatan, seperti kegiatan mengabsen siswa,
dari kegiatan ini, secara tidak langsung siswa menjawab dengan kata “hadir”
disertai gerak mengacungkan jari telunjuk ke atas. Contoh lainnya, ketika guru
menugaskan siswa menutup pintu kelas, dari kegiatan ini siswa mengatakan, “Baik
Pak atau Bu” sambil berdiri dan menutup pintu kelas. Dengan demikian, teknik
ini mengajarkan siswa berbahasa sekaligus bertindak dari ujaran yang diucapkan.
b.
Teknik
Demonstrasi
Teknik
demonstrasi adalah cara penyampaian materi pembelajaran dengan memperagakan
atau menunjukkan kepada pembelajar tentang sesuatu proses, situasi, atau benda
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan yang sering disertai
dengan penjelasan lisan. Dalam teknik ini guru bisa menyuruh siswa mengulang
nama atau kata yang terdapat dalam materi pembelajaran sampai siswa memahami
dan bisa menyebutkan kembali nama atau kata tersebut.
c.
Teknik
Mempergunakan Media Visual
Menurut
Sanjaya (2010:172), media visual merupakan media yang hanya dapat dilihat saja
dan tidak mengandung unsur suara. Dalam hal ini guru dapat memanfaatkan
beberapa media, seperti lukisan, gambar, film
slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang
dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya. Tingkat pemahaman ini, untuk
orang dewasa berlangsung dalam waktu singkat, sedangkan untuk anak-anak dapat dilakukan dalam beberapa minggu atau
beberapa bulan.
2.
Tingkat Produksi Permulaan
Berdasarkan
pendapat Tarigan (1988:253), produksi ujaran awal akan terjadi apabila para
siswa memiliki pengenalan kosakata sebanyak kira-kira 500 kata.
Kegiatan-kegiatan produksi dimulai dengan berbagai pertanyaan yang hanya
menuntut jawaban satu kata atau pertanyaan yang menuntut jawaban pilihan. Pada
tingkat ini, pembelajar didorong untuk berbicara dalam bahasa sasaran dalam
bentuk yang paling sederhana dan paling mudah. Hal ini dapat dimulai dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut pembelajar menjawab dengan “ya”
atau “tidak” atau dengan pertanyaan “apakah”, “siapakah”, “dengan siapa”, dan
sebagainya. Pada tingkat ini, guru dapat menggunakan media visual, seperti
bagan, peta, lagu-lagu pendek, iklan, dan sebagainya.
3.
Tingkat Produksi Lanjut
Tingkat
produksi lanjut pada hakikatnya merupakan lanjutan dari tingkat produksi
permulaan. Pada tingkat ini, mulai dilakukan berbagai kegiatan permainan bahasa
dan kegiatan-kegiatan sosial, seperti mengadakan kunjungan ke tempat-tempat
atau orang-orang tertentu yang
mempergunakan bahasa sasaran sebagai
alat komunikasi. Selama, mengikuti kegiatan pada tingkat ini, siswa
tidak diperbolehkan melakukan penerjemahan. Penggunaan kosakata bahasa sasaran berlangsung dengan
menghubungkan kata dengan maknanya secara langsung.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan pada bab II, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai
berikut.
1.
Pendekatan
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Pendekatan alamiah bertujuan untuk
membentuk kecakapan atau kemampuan tingkat menengah atau lanjutan dalam bahasa
kedua (bahasa Indonesia) atau paling tidak dalam keterampilan oral.
2.
Ciri-ciri
pendekatan alamiah, yaitu (1) pembelajaran bersifat komunikatif; (2) koreksi
kesalahan bukan solusi yang tepat; (3) merespon ujaran dalam B1 dan B2.
3.
Prinsip-prinsip
pendekatan alamiah, yaitu (1) siswa diharapkan bisa berkomunikasi langsung, (2)
pengajaran diarahkan untuk meningkatkan penguasaan tata bahasa siswa, (3)
memberikan kepada siswa kesempatan memperoleh bahasa, (4) meningkatkan keefektifan
siswa dalam berbahasa, (5) siswa dianjurkan menguasai berbagai kosakata agar
mudah memahami dan berbicara mengenai berbagai hal dalam bahasa Indonesia.
4.
Jenis kegiatan
pendekatan alamiah, yaitu (1) kegiatan pemahaman, pada kegiatan ini siswa
diajarkan bahasa Indonesia mengenai sesuatu yang ada pada diri siswa atau yang
berkaitan dengan diri siswa, hal ini dilakukan agar siswa memahami pembelajaran
bahasa dan menguasai berbagai bahasa kedua, (2) produksi ujaran dilakukan
setelah siswa mengenal minimal 500 kata dan kegiatan berbahasa dimulai dengan
hal yang terkecil, misalnya melengkapi jawaban pertanyaan yang terdiri dari
satu kata atau dua kata, (3) setelah produksi ujaran terjadi, hendaknya seorang
guru meminimalkan teguran atau koreksian mengenai kesalahan ujaran yang diproduksi
siswa, hal ini dilakukan agar siswa tidak malu dan tetap percaya diri untuk
mengucapkan kata atau kalimat yang diketahuinya.
5.
Penerapan
pendekatan alamiah dalam pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan
mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan mempergunakan berbagai teknik, diantaranya teknik respon fisik total,
teknik demonstrasi, dan teknik mempergunakan media visual.
B.
Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, maka saran dalam makalah ini, yaitu seorang guru harus
mengetahui dan memahami berbagai pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran,
salah satunya adalah pendekatan alamiah. Selanjutnya, setelah pemilihan
pendekatan, seorang guru harus memilih teknik yang tepat yang menunjang dalam
kegiatan pembelajaran agar pembelajaran membuahkan hasil yang optimal.
DAFTAR RUJUKAN
Iskandarwasih
dan Dadang Suhendar. 2011. Stategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Jamaluddin.
2003. Problematika Pembelajaran Bahasa
dan Sastra. Yogyakarta: Adicita Karya Nusantara.
Sanjaya,
Wina. 2010. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Subana
dan Sunarti. 2009. Strategi Belajar
Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media
Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Sudira,
Nyoman Seloka. 1997. “Pendekatan alamiah dalam Pengajaran Bahasa Kedua” (Jurnal
Online No. 4 TH XXX Juli 1997). Singaraja: Aneka Widya STKIP.
Tarigan,
Hendri Guntur. 1988. Pengajaran
Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
0 komentar:
Posting Komentar